• Kamis, 17 Juli 2025

‎Pelayanan IGD RSUD Ahmad Yani Dikeluhkan, Wakil Walikota Metro Turun Tangan

Rabu, 16 Juli 2025 - 20.15 WIB
321

‎Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, saat melakukan sidak ke IGD RSUD Ahmad Yani Metro. Foto: Arby/kupastuntas.co

‎Kupastuntas.co, Metro - Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani Metro, Rabu (16/7/2025), sebagai respons cepat atas berbagai keluhan masyarakat terkait pelayanan IGD yang ramai diperbincangkan di media sosial.

‎Sidak dilakukan sekitar pukul 15.20 WIB, saat aktivitas IGD tengah padat. Rafieq langsung memasuki area pelayanan, berdialog dengan sejumlah pasien dan keluarga mereka, serta memantau alur layanan mulai dari pendaftaran, triase, hingga penempatan kamar inap.

‎"Kami menerima banyak aduan dari masyarakat di media sosial terkait lamanya antrean pasien di IGD. Ada yang mengaku harus menunggu berjam-jam tanpa kepastian kapan bisa mendapatkan kamar. Ini tidak boleh dibiarkan," tegas Rafieq usai Sidak.

‎Ia menekankan bahwa keterbatasan kamar tidak dapat dijadikan alasan utama jika pihak manajemen tidak memiliki sistem informasi yang transparan dan mudah diakses publik.

Untuk itu, Rafieq meminta agar rumah sakit segera memasang papan informasi digital atau sistem visual lain yang dapat menampilkan ketersediaan kamar rawat inap secara real-time di area IGD.

‎"Informasi harus terbuka. Pasien dan keluarga berhak tahu kamar mana yang tersedia, mana yang penuh. Jangan sampai masyarakat merasa dipingpong dan terkatung-katung tanpa kejelasan," ujarnya.

‎Lebih lanjut, Rafieq juga menyoroti aspek sikap dan etika pelayanan pegawai IGD yang menurutnya masih perlu ditingkatkan.

Ia juga mengingatkan bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya menyangkut kecepatan dan kompetensi medis, tetapi juga mencakup empati, keramahan, dan kenyamanan psikologis pasien.

‎"Saya minta seluruh pegawai di IGD, baik dokter, perawat, maupun tenaga administrasi, benar-benar menghadirkan kenyamanan bagi pasien. Jangan sampai pelayanan yang dingin, kasar, atau terburu-buru justru memperburuk kondisi pasien dan merusak citra rumah sakit," tegasnya.

‎Dalam sidak tersebut, Rafieq menemukan sejumlah pasien yang telah menunggu lebih dari dua jam untuk mendapatkan kejelasan terkait ruang rawat, tanpa adanya informasi tertulis yang memadai.

Beberapa pasien bahkan mengaku harus bertanya ke banyak petugas karena tidak tersedia sistem informasi terpadu.

‎Menanggapi temuan ini, Rafieq langsung menginstruksikan manajemen RSUD Ahmad Yani untuk melakukan evaluasi menyeluruh, terutama terkait sistem antrean, penempatan pasien, dan komunikasi dengan keluarga pasien.

‎"Jika sistemnya tidak diperbaiki, keluhan akan terus bermunculan. Saya tidak ingin RSUD Ahmad Yani dikenal sebagai rumah sakit dengan pelayanan lambat dan tidak ramah. Ini rumah sakit kebanggaan warga Metro, harus menjadi teladan," ujarnya.

‎Rafieq juga memastikan bahwa sidak serupa akan terus dilakukan secara berkala, tidak hanya di IGD, tetapi juga di seluruh unit pelayanan kesehatan di Kota Metro.

Langkah ini merupakan bagian dari komitmen untuk memastikan reformasi layanan publik benar-benar dirasakan masyarakat, bukan sekadar janji politik.

‎"Sekali lagi saya tegaskan, saya dan Pak Wali Kota hadir untuk mendengar, melihat, dan menindak. Pelayanan publik yang baik adalah hak rakyat. Pemerintah hadir bukan untuk menonton, tetapi untuk memastikan rakyat memperoleh pelayanan terbaik," tandasnya.

‎Melalui langkah cepat ini, Pemerintah Kota Metro menunjukkan keseriusan dalam membenahi pelayanan kesehatan, khususnya di fasilitas vital seperti IGD RSUD Ahmad Yani.

Masyarakat pun diharapkan terus aktif menyampaikan keluhan maupun saran secara konstruktif, demi terciptanya perbaikan layanan yang berkelanjutan. (*)