• Sabtu, 19 Juli 2025

‎Masyarakat Lambar Rindukan Tradisi Lama, Festival Sekala Bekhak XI Jadi Penjaga Warisan Budaya

Jumat, 18 Juli 2025 - 22.16 WIB
11

‎Sejumlah peserta saat menampilkan tradisi musik dalam acara Festival Sekala Bekhak XI, di Tamab Kota Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, Jumat (18/7/2025) malam. Foto: Echa/kupastuntas.co

‎Kupastuntas.co, Lampung Barat - Ribuan masyarakat dari berbagai wilayah memadati Taman Kota Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Jumat (18/7/2025) malam, untuk menyaksikan langsung rangkaian Festival Sekala Bekhak XI yang menampilkan beragam seni dan budaya tradisional khas Bumi Sekala Bekhak.

‎Festival tahunan ini kembali menyuguhkan sejumlah pertunjukan budaya Lampung Barat yang sudah jarang terlihat di tengah masyarakat.
‎Penampilan orkes gambus dan hadra menjadi daya tarik utama, disambut antusias oleh warga dari berbagai kalangan usia.

‎Alunan musik orkes gambus yang lembut berpadu dengan tabuhan rebana dari hadra menciptakan suasana religius dan hangat. Penonton tampak menikmati pertunjukan dengan tepuk tangan dan senyum antusias.

‎“Sudah lama sekali tidak menyaksikan hadra secara langsung. Ini mengingatkan saya pada masa kecil saat masih sering ada kegiatan seperti ini di kampung,” ujar Yanti (53), warga Kelurahan Way Mengaku, yang datang bersama keluarganya.

‎Selain pertunjukan musik religi, tarian Nyambai juga menjadi suguhan budaya yang memukau penonton.

‎Tarian ini menggambarkan keharmonisan dan nilai adat dalam masyarakat khususnya Lampung Barat.

‎Festival tahun ini juga dimeriahkan oleh lomba Nyambai antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diikuti puluhan instansi.
‎Para peserta menampilkan kekompakan dan kekayaan budaya melalui gerakan tarian serta nyanyian khas Lampung.

‎Di tengah arus modernisasi dan perkembangan teknologi, pertunjukan seperti gambus, hadra, dan nyambai menjadi hal yang sangat langka dijumpai.

Banyak masyarakat, khususnya generasi muda, yang mulai asing dengan istilah maupun bentuk kesenian ini.

‎Karena itulah Festival Sekala Bekhak dianggap menjadi ruang penting untuk memperkenalkan kembali tradisi-tradisi yang nyaris hilang tersebut. Tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi juga menjadi sarana edukasi budaya lintas generasi.

‎“Kalau tidak diadakan festival seperti ini, saya yakin banyak anak muda yang tidak tahu lagi apa itu hadra atau Nyambai. Padahal itu bagian dari identitas kita,” kata Idham, salah satu warga yang hadir menyaksikan acara.

‎Rangkaian acara juga diramaikan dengan keikutsertaan para pemuda yang terlibat sebagai pengisi acara, baik sebagai penari, penyanyi, maupun pengiring musik. Keterlibatan generasi muda ini disambut positif oleh masyarakat.

‎“Anak-anak muda sekarang harus dikenalkan sejak dini dengan budaya. Kalau mereka tidak diberi ruang seperti ini, lama-lama adat kita bisa hilang,” tambahnya.

‎Festival Sekala Bekhak XI juga menjadi ajang berkumpulnya para seniman lokal dan tokoh adat yang ingin menunjukkan kecintaan terhadap budaya daerah. Mereka saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah serta filosofi dari setiap penampilan.

‎Festival tahun ini mengusung tema “Seni Tradisi: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Mendatang”. Tema ini mengajak masyarakat untuk merefleksikan perjalanan budaya dari akar tradisi masa silam, menumbuhkannya di masa kini, serta merancang pelestariannya untuk generasi yang akan datang.

‎Antusiasme masyarakat dan partisipasi aktif para peserta lomba menjadi bukti bahwa tradisi masih memiliki tempat penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Festival Sekala Bekhak XI pun berhasil menciptakan ruang pelestarian budaya yang inklusif dan bermakna, di tengah era digital yang serba instan. (*)