• Rabu, 30 Juli 2025

Tol Bakter Tak Hanya Jadi Jalur Transportasi, Tapi Juga Jalur Ketahanan Pangan dan Ekonomi Desa

Selasa, 29 Juli 2025 - 15.42 WIB
24

Manager Public Affairs Tol Bakter, M. Alkautsar. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Ruas jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter) tak hanya menjadi jalur penghubung antardaerah, tetapi juga menjadi titik tumbuhnya ketahanan pangan dan ekonomi kreatif di tingkat desa. Hal ini dibuktikan oleh Project Hakaaston melalui program pemberdayaan masyarakat di Desa Panca Tunggal, Kecamatan Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan.

Program ini digagas oleh tim Public Affairs ruas Tol Bakter, sebagai bentuk konkret dukungan terhadap salah satu dari delapan program prioritas nasional atau Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yakni menciptakan ketahanan pangan dan memperkuat kemandirian ekonomi dari desa. Fokus utama program ini adalah pemberdayaan kelompok wanita tani (KWT) sekaligus pengelolaan limbah menjadi produk bernilai.

Manager Public Affairs Tol Bakter, M. Alkautsar, saat dikonfirmasi, menegaskan bahwa kehadiran tol tidak boleh hanya menjadi penghubung mobilitas ekonomi besar saja, melainkan juga harus membawa dampak langsung bagi desa-desa yang dilintasi. “Kami ingin tol ini benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa selama beberapa bulan terakhir, pihaknya bersama warga dan KWT telah memanfaatkan sejumlah lahan tidur di pekarangan rumah warga untuk ditanami berbagai jenis sayuran. Bibit dan peralatan pertanian diperoleh dari hasil penjualan limbah botol plastik yang dikumpulkan dari sepanjang ruas tol Bakter.

“Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan. Selain bisa menambah ketahanan pangan keluarga, hasil panen juga dijual di pasar desa dan memberikan pemasukan tambahan bagi ibu-ibu,” jelas Alkautsar. Program ini juga mengajarkan prinsip daur ulang dan keberlanjutan kepada masyarakat.

Tak berhenti di pertanian, tim juga menggandeng penggiat limbah di Lampung Selatan untuk mengelola botol plastik menjadi produk ekonomi kreatif. Salah satu produk inovatif yang sudah berhasil dibuat adalah kursi daur ulang dari botol plastik, yang kini mulai banyak diminati sebagai barang unik dan ramah lingkungan.

“Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lampung Selatan agar hasil karya masyarakat ini bisa dipatenkan, diberi pelatihan lanjutan, dan diperluas pemasarannya melalui kanal digital,” lanjut Alkautsar. Ia berharap program ini bisa menjadi model percontohan bagi desa-desa lain di sepanjang jalur tol.

Langkah ini dinilai sangat strategis karena menyentuh tiga aspek sekaligus: pengelolaan sampah, ketahanan pangan, dan ekonomi kreatif berbasis desa. “Program ini sangat relevan dengan semangat pemerintahan saat ini yang ingin membangun Indonesia dari pinggiran, dari desa,” katanya.

Pemerintah desa Panca Tunggal sendiri menyambut baik inisiatif tersebut dan berharap ada kesinambungan serta perluasan program ke wilayah lain di sekitar. “Kami siap memfasilitasi jika ada warga lain yang ingin bergabung, karena ini benar-benar membuka peluang baru,” ujar salah satu perangkat desa.

Dengan pendekatan kolaboratif antara BUMN, pemerintah daerah, dan masyarakat, kehadiran jalan tol kini tidak lagi sebatas proyek infrastruktur, tapi telah menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan dari bawah. Ruas Tol Bakter menjadi contoh nyata bahwa pembangunan nasional bisa bersifat inklusif dan berpihak pada rakyat kecil. (*)