• Jumat, 15 Agustus 2025

Kunjungan Kerja ke UIN RIL, Wamenag Dorong UIN Berikan Sumbangsih Pemikiran Strategis bagi Bangsa

Jumat, 15 Agustus 2025 - 14.46 WIB
11

Wamenag RI Dr. KH. Romo R. Muhammad Syafi’i, saat memberikan arahan dalam kunjungannya ke UIN RIL. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI) Dr. KH. Romo R. Muhammad Syafi’i, S.H., M.Hum  menegaskan pentingnya peran Universitas Islam Negeri (UIN) dan pendidikan Islam dalam memberikan sumbangan pemikiran strategis bagi kemajuan umat dan bangsa. Hal itu disampaikan saat Kunjungan Kerja di kampus hijau UIN Raden Intan Lampung, Jumat (15/08/2025).

Menurutnya, pendidikan Islam sejak awal difokuskan untuk mencetak alim ulama yang menguasai bidang keislaman. Namun, Islam bukan hanya soal halal-haram atau surga-neraka, tetapi membahas seluruh aspek kehidupan.

Ia menyoroti perjalanan transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN adalah keniscayaan untuk menjawab tantangan zaman. Meski awalnya menuai perdebatan, termasuk kekhawatiran hilangnya konsentrasi pada keilmuan Islam akibat bertambahnya fakultas umum seperti kedokteran, teknologi, ekonomi, dan lainnya, perkembangan pemikiran dan tantangan lapangan menuntut perubahan tersebut. 

“Alhamdulillah hampir semua IAIN sudah menjadi UIN,” ujarnya.

Meski status sudah berubah, ia menilai masih ada pola pikir ‘IAIN’ di lingkungan UIN. Padahal, semestinya UIN menjadikan pemikiran keislaman bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah dalam bentuk aplikatif untuk kehidupan. “Itu yang dimaksud udkhulu fi silmi kaffah,” tegasnya.

Ia mengingatkan kembali sejarah bahwa banyak tokoh besar dunia yang mengembangkan ilmu-ilmu modern sesungguhnya berawal dari perpustakaan-perpustakaan Islam.

“Mereka menerjemahkan, mengadaptasi, lalu mengklaimnya sebagai pemikiran mereka. Padahal itu lahir dari khazanah Islam,” tegasnya.

Merujuk pada Al-Baqarah ayat 20, Wamenag mengajak seluruh fakultas di UIN tidak sekadar mendalami bidang keilmuannya, tetapi juga menghasilkan rencana aksi (plan of action) yang menjawab persoalan-persoalan kehidupan secara akademik. 

“Kehadiran fakultas-fakultas di UIN ini tidak hanya untuk mendalami ilmunya, tapi juga memikirkan action ke depan pada persoalan bangsa. Kita harus lebih maju lagi ke depan,” ujarnya.

Salah satunya, ia mencontohkan perlunya kajian serius soal zakat dan wakaf. Potensi wakaf disebutnya mencapai ribuan triliun rupiah, sedangkan zakat bisa menjadi instrumen produktif bagi umat dan bangsa jika dikelola dengan tepat.

 Pemikiran ini perlu dikompilasi dan disorong ke pemerintah, sehingga bermanfaat secara nyata,” ujarnya.

Wamenag menyoroti perlunya kampus, khususnya UIN, menjadi penggerak pemikiran yang membantu program pemerintah. Ia menyebut praktik di Kanada, di mana pemerintahnya melibatkan kampus untuk mengkaji program strategis sebelum dijalankan. 

“Saya belum melihat tradisi ini di kampus Indonesia. Mengapa kita tidak mulai dari UIN? Jangan terus jadi follower,” ujarnya.

Ia menambahkan, UIN se-Indonesia yang dipenuhi profesor seharusnya mampu memberi kontribusi minimal berupa sumbangan pemikiran aplikatif. 

Ia menyebut banyak program Presiden Prabowo yang mengacu pada nilai-nilai Al-Qur’an, mulai dari efisiensi, makanan bergizi gratis, sekolah rakyat untuk memutus rantai kemiskinan, swasembada pangan dan energi, hilirisasi industri, hingga penyerapan tenaga kerja. 

“Bukan tidak mungkin staf ahli atau penasihat program strategis itu berasal dari UIN di Indonesia,” tegasnya.

Menutup arahannya, Wamenag mengajak seluruh sivitas akademika UIN menjaga kekompakan, mengembangkan pemikiran strategis berbasis Alquran dan Sunnah, serta berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa. (**)