• Senin, 25 Agustus 2025

Dikeluhkan Petani, Wali Kota Metro Janji Benahi Irigasi

Senin, 25 Agustus 2025 - 11.29 WIB
55

Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Persoalan kerusakan Jaringan Irigasi Tersier (JIT) yang meluas di kawasan persawahan Kota Metro akhirnya mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota setempat.

Infrastruktur vital pertanian yang rusak parah selama bertahun-tahun ini dinilai menjadi salah satu penyebab turunnya produktivitas padi petani, sekaligus ancaman bagi keberlanjutan swasembada pangan di Kota Metro.

Saat dikonfirmasi soal masih banyaknya irigasi yang rusak, Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso, menegaskan bahwa pemerintahannya akan memfokuskan arah kebijakan anggaran untuk memperkuat sektor pertanian, khususnya melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota setempat.

“InsyaAllah saya berjanji, yang kaitannya dengan irigasi, kalau dulu itu tidak mendapatkan perhatian, sekarang apa yang menjadi tujuan suksesnya Asta Cita bapak Presiden, itu hukumnya wajib, itu fardhu ain. Pemerintah Kota Metro akan memberi perhatian khusus pada masalah irigasi karena itu hal terpenting untuk menjamin keberhasilan tanam,” kata Bambang, Senin (25/8/2025).

Wali Kota menegaskan bahwa arah kebijakan Metro tidak bisa dipisahkan dari visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada pangan. Menurutnya, ketersediaan air bagi lahan pertanian harus dijamin agar produktivitas petani tidak terhambat.

“Soal memastikan ketersediaan air, insyaAllah akan sejalan dengan yang dicita-citakan pimpinan tertinggi kita, Presiden Prabowo Subianto, yang sangat konsen terhadap program swasembada pangan. Semua stakeholder sudah digerakkan, baik pemerintah, TNI-Polri, hingga Adhyaksa, untuk bahu-membahu mensukseskan program nasional ini,” tambahnya.

Fakta di lapangan menunjukkan, tidak sedikit JIT di Metro yang kondisinya mengalami penyumbatan, kebocoran, dan bahkan amblas karena usia konstruksi yang sudah puluhan tahun. Akibatnya, aliran air tidak merata, sebagian lahan sawah mengalami kekeringan sementara area lain tergenang.

Kondisi ini dikeluhkan banyak petani karena berdampak langsung pada hasil panen. Mereka menilai, kerusakan irigasi membuat biaya produksi meningkat, sebab petani harus mencari cara manual untuk mengalirkan air ke sawah.

“Kalau irigasi bagus, kami tidak perlu keluar tenaga dan biaya tambahan. Sekarang banyak saluran tersumbat, jadi kadang harus pompa sendiri. Ini jelas mengurangi keuntungan petani,” ujar Suyanto, salah satu petani di Metro Selatan.

Meski Wali Kota Metro sudah berjanji, tantangan terbesarnya ada pada realisasi anggaran. Selama ini, sektor pertanian kerap tidak menjadi prioritas utama dalam APBD. Padahal, Metro memiliki potensi pertanian yang cukup strategis, terutama sebagai penopang kebutuhan pangan regional Lampung.

Komitmen penganggaran yang kuat akan menjadi ujian politik dan administratif bagi Wali Kota. Jika janji ini hanya berhenti di tataran retorika, maka kekecewaan petani bisa semakin meluas, terutama di tengah tingginya harapan terhadap pemerintah untuk menindaklanjuti visi swasembada pangan nasional.

Para pengamat menilai, swasembada pangan tidak mungkin terwujud tanpa fondasi infrastruktur yang kokoh. Irigasi adalah kunci utama. Dalam konteks Metro, memperbaiki JIT bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan investasi jangka panjang yang menentukan keberlanjutan ketahanan pangan.

Bambang sendiri menegaskan, perbaikan irigasi akan masuk dalam agenda prioritas. Dengan janji itu, bola kini ada di tangan Pemkot Metro, apakah mampu menggerakkan anggaran dan memastikan perbaikan JIT benar-benar terlaksana, atau sekadar menambah daftar panjang janji politik yang tak pernah sampai ke sawah rakyat. (*)