• Selasa, 26 Agustus 2025

Lapor Pak Bupati! Jembatan Gantung di Desa Tampang Muda Tanggamus Rusak, Anak-anak Bertaruh Nyawa ke Sekolah

Selasa, 26 Agustus 2025 - 15.43 WIB
32

Tampak jembatan yang putus di Desa Tampang Muda, Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus – Jembatan gantung di Pekon (Desa) Tampang Muda, Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus, rusak parah dan kini tak bisa digunakan lagi. Infrastruktur vital yang selama ini menjadi urat nadi transportasi warga itu ambruk, memutus akses utama pelajar SMPN 2 Pematangsawa, SMAN 1 Pematangsawa, serta ribuan warga yang mayoritas petani dan pekebun.

Kerusakan jembatan gantung yang dibangun tahun 2011 di Jalan Pramuka ini memaksa masyarakat menempuh jalur memutar yang jauh dan berisiko. Sebagian terpaksa menyeberangi sungai atau menyusuri pesisir pantai dengan ancaman licin, derasnya arus, dan basah kuyup di tengah hujan.

Kondisi ini membuat pelajar kesulitan berangkat sekolah, sementara petani kewalahan mengangkut hasil panen dari ladang.

“Sudah lama rusak. Setiap hari kami harus memutar jauh atau menyeberangi sungai. Jembatan ini nyawa kami, penghubung untuk sekolah dan membawa hasil pertanian. Kami berharap pemerintah segera membangunnya kembali,” kata Karim (70), warga Tampang Muda, ditemui di Pelabuhan Kota Agung, Selasa (26/8/2025).

Menurut data resmi, SMPN 2 Pematangsawa memiliki 207 siswa (102 laki-laki dan 105 perempuan), sementara SMAN 1 Pematangsawa tercatat memiliki 127 siswa pada tahun 2017. Jumlah total lebih dari 330 pelajar inilah yang setiap hari menggantungkan harapan pada keberadaan jembatan gantung Tampang Muda agar bisa menempuh pendidikan dengan layak.

Sopiya, seorang guru SMPN 2 Pematangsawa mengeluhkan bahwa banyak siswanya sering tiba terlambat di sekolah, bahkan ada yang tidak masuk karena takut melewati jalur alternatif yang berbahaya.

"Anak-anak sering tiba dengan baju seragam basah dan lelah. Ada yang jatuh sakit karena setiap hari harus menempuh perjalanan berat. Kami sangat berharap jembatan ini segera diperbaiki demi masa depan pendidikan mereka,” ungkapnya.

Keluhan serupa datang dari para pelajar. Nisa, seorang siswi SMAN 1 Pematangsawa mengaku hampir putus asa karena perjalanan menuju sekolah semakin sulit.

“Kalau hujan deras, kami ptidak bisa lewat sungai karena arus deras sekali. Kadang lebih baik tidak sekolah, tapi kalau terlalu sering absen, kami takut tertinggal pelajaran. Kami cuma ingin jembatan dibangun lagi supaya bisa sekolah dengan aman,” ujarnya lirih.

Jembatan gantung Tampang Muda adalah jalur penting yang menghubungkan Pekon Tampang Muda, Tampang Tua, Martanda, Kaurgading, Tirom, Way Asahan hingga Katang Brak. Sejak tidak bisa digunakan, warga kehilangan akses cepat menuju sekolah, hingga fasilitas kesehatan.

Lebih jauh, daerah ini termasuk dalam kategori 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Kabupaten Tanggamus. Kondisi geografisnya membuat akses darat sangat terbatas, sehingga warga hanya bisa menempuh perjalanan lewat jalur laut selama sekitar lima jam untuk sampai ke Kota Agung  yang merupakan pusat ekonomi daerah.

Di Kota Agung, masyarakat biasanya menjual hasil bumi seperti kakao, kopi, kelapa, gabah, durian, duku, petai, jengkol, serta hasil laut seperti ikan segar. Dengan terputusnya akses jembatan, beban warga semakin berat karena distribusi hasil bumi dan tangkapan laut menjadi terhambat.

Hingga kini, belum ada kepastian dari pemerintah daerah terkait jadwal pembangunan kembali jembatan tersebut.

Warga sangat berharap ada perhatian serius dari Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, dan Bupati Tanggamus Mohammad Saleh Asnawi agar infrastruktur vital ini segera direalisasikan.

Suara deras sungai yang mengalir di bawah jembatan seakan menjadi saksi bisu penderitaan masyarakat. Pelajar yang basah kuyup pulang sekolah, guru yang resah melihat siswanya kehilangan semangat belajar, petani yang menanggung kerugian karena panen terlambat tiba di pasar, dan warga yang harus berjibaku di jalur alternatif, semua menunggu satu hal, yaitu hadirnya kembali jembatan gantung yang aman, kokoh, dan mendukung masa depan generasi muda serta kehidupan ekonomi lokal. (*)