• Selasa, 02 September 2025

‎Aksi Damai Mahasiswa Metro Sorot Kekerasan, Kapolres Buka Dialog Terbuka

Senin, 01 September 2025 - 11.46 WIB
169

‎Kapolres Metro AKBP Hangga Utama Darmawan saat membuka ruang dialog dengan Aliansi Mahasiswa. Foto: Arby/kupastuntas.co

‎Kupastuntas.co, Metro - Suasana di halaman Mapolres Kota Metro pada Senin (1/9/2025) pagi menampilkan wajah lain dari dinamika gerakan mahasiswa. Alih-alih kericuhan, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Memanggil menggelar aksi damai dengan penuh khidmat.

‎Mereka datang bukan untuk menantang, melainkan untuk menyuarakan nurani, menyoroti praktik kekerasan aparat dalam demonstrasi mahasiswa di Jakarta dan sejumlah kota lainnya di Indonesia.

‎Sejak pukul 09.00 WIB, massa aksi mulai memadati halaman Mapolres. Poster-poster dengan tulisan tegas seperti Hentikan Brutalitas!, Adili Pelaku Kekerasan, hingga Polri Harus Kembali ke Jalan Reformasi dibentangkan di tengah orasi lantang yang menggema. Lagu perjuangan dan yel-yel penuntut keadilan mengiringi jalannya aksi.

‎Ridho, salah satu orator menegaskan sikap mahasiswa yang tidak akan diam terhadap prilaku kesewenang-wenangan oknum aparat.

‎"Kami tidak akan diam melihat kesewenang -wenangan, Hentikan brutalitas. Adili para pelaku kekerasan yang telah mencederai demokrasi bangsa ini," teriaknya, disambut pekikan gemuruh massa.

‎Aksi damai ini menjadi simbol solidaritas mahasiswa Metro terhadap rekan-rekan mereka yang menjadi korban tindakan represif aparat.

Tidak hanya sekadar menyampaikan protes, mahasiswa juga menuntut akuntabilitas institusi Polri yang dinilai telah gagal menjaga amanah reformasi untuk melindungi rakyat dan menghormati kebebasan berpendapat.

‎Di tengah sorotan publik atas wajah keras aparat di sejumlah daerah, langkah yang diambil Kapolres Metro, AKBP Hangga Utama Darmawan menjadi catatan tersendiri. Bukan barikade atau intimidasi yang dihadirkan, melainkan sambutan terbuka.

‎Di hadapan mahasiswa, AKBP Hangga menyampaikan apresiasi atas tertibnya aksi yang berlangsung.

‎"Kepolisian membuka diri seluas-luasnya untuk mendengar semua aspirasi yang disampaikan dengan baik dan tertib, seperti yang sudah kita sepakati bersama. Kami mengapresiasi aksi damai ini. Mari kita duduk bersama di lapangan apel Polres Metro, berdiskusi secara konstruktif untuk menemukan titik terang dan solusi dari semua tuntutan yang disampaikan," ujarnya.

‎Pernyataan itu sontak disambut tepuk tangan mahasiswa. Tanpa kericuhan, massa bergerak memasuki area lapangan apel Polres Metro.

Di situlah dialog terbuka digelar, sebuah pemandangan yang jarang terjadi ketika aparat dan mahasiswa berada pada garis berseberangan.

‎Kesiapan Polres Metro membuka ruang dialog dinilai sebagai langkah maju dalam merespons aspirasi publik.

Model ini sekaligus mengirim pesan bahwa kepolisian bisa hadir sebagai mitra masyarakat, bukan sekadar aparat yang bersenjatakan represi.

‎Bagi mahasiswa, aksi ini bukan sekadar ajang protes, melainkan juga pendidikan politik nyata: bahwa demokrasi harus dijaga dengan akal sehat, bukan amarah semata.

Sementara bagi kepolisian, momentum ini bisa menjadi preseden bagaimana aspirasi publik seharusnya dikelola, dengan musyawarah, bukan dengan peluru gas air mata.

‎Di penghujung dialog, mahasiswa menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal isu kekerasan aparat hingga ke tingkat nasional.

Sementara Kapolres berkomitmen menyampaikan aspirasi tersebut ke jenjang lebih tinggi dalam struktur kepolisian. (*)