• Selasa, 09 September 2025

Bulan Merah di Langit Kotaagung, Warga Tanggamus Tersihir Pesona Blood Moon

Senin, 08 September 2025 - 13.42 WIB
22

Blood Moon atau Gerhana Bulan Total di langit Kotaagung. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Minggu (7/9/2025) malam terasa berbeda di Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Langit yang selama tiga hingga empat hari terakhir diselimuti awan hitam dan hujan deras, mendadak cerah seakan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan salah satu tanda kebesaran Sang Pencipta.

Malam ini, langit Kotaagung menyuguhkan pertunjukan langka. Dimulai sejak pukul 22.27 WIB, perlahan Bulan tertutup bayangan Bumi. Puncaknya tiba pada 01.11 WIB, ketika Bulan berubah menjadi merah darah—fenomena yang dikenal dengan sebutan Blood Moon atau Gerhana Bulan Total.

Warga pun berbondong-bondong keluar rumah. Ada yang duduk di halaman, ada pula yang berkumpul di lapangan atau tepi pantai, menengadahkan wajah penuh takjub. Anak-anak tampak bersemangat, sementara orang tua sibuk mengabadikan momen dengan kamera ponsel.

“Indah sekali, Bulannya benar-benar merah. Rasanya seperti melihat lukisan langit. Alhamdulillah malaim ini cerah, jadi bisa melihat langsung,” ujar Ilfil,  seorang warga Kotaagung yang sengaja begadang demi tidak melewatkan fenomena langka ini.

Menurut para astronom, totalitas kali ini berlangsung sekitar 82 menit, menjadikannya salah satu gerhana dengan durasi panjang dalam beberapa tahun terakhir. Kotaagung termasuk wilayah yang beruntung karena bisa menyaksikan keseluruhan fase gerhana dari awal hingga akhir.

Fenomena warna merah pada Bulan dijelaskan ilmuwan sebagai akibat dari cahaya Matahari yang dibiaskan oleh atmosfer Bumi. Cahaya biru tersebar ke segala arah, sementara cahaya merah masih mampu menembus dan jatuh ke permukaan Bulan. Itulah sebabnya, saat puncak gerhana, Bulan tampak seperti obor raksasa yang menggantung di langit.

Gerhana Bulan Total bukan hanya tontonan astronomi, tetapi juga menjadi momen refleksi. Banyak masyarakat yang percaya bahwa fenomena langit ini adalah pengingat akan kebesaran sang Maha Pencipta.

“Fenomena ini membuat kita sadar betapa kecilnya manusia dengan kekuasaan Allah yang begitu besar. Langit yang sebelumnya gelap oleh hujan, kini dibuka agar kita bisa menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya,” ungkap Ustaz Amar, tokoh agama setempat.

Berdasarkan data astronomi internasional, gerhana bulan total ini dapat disaksikan di sebagian besar wilayah Asia, Australia, Afrika Timur, hingga seluruh Indonesia. Kotaagung menjadi salah satu titik terbaik karena posisi geografisnya yang memungkinkan pengamatan dari awal hingga akhir.

Blood Moon di langit Kotaagung bukan sekadar peristiwa astronomi, tetapi juga perayaan spiritual dan kebersamaan. Malam cerah setelah berhari-hari hujan seolah menjadi undangan langit bagi masyarakat untuk merenung, bahwa di hadapan alam semesta dan kekuasaan Allah, manusia hanyalah makhluk kecil yang patut bersyukur. (*)