Bulan Merah di Langit Kotaagung, Warga Tanggamus Tersihir Pesona Blood Moon

Blood Moon atau Gerhana Bulan Total di langit Kotaagung. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus - Minggu (7/9/2025) malam terasa berbeda di
Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Langit yang selama tiga hingga empat hari
terakhir diselimuti awan hitam dan hujan deras, mendadak cerah seakan memberi
kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan salah satu tanda kebesaran Sang
Pencipta.
Malam ini, langit Kotaagung menyuguhkan pertunjukan langka. Dimulai sejak
pukul 22.27 WIB, perlahan Bulan tertutup bayangan Bumi. Puncaknya tiba pada
01.11 WIB, ketika Bulan berubah menjadi merah darah—fenomena yang dikenal
dengan sebutan Blood Moon atau Gerhana Bulan Total.
Warga pun berbondong-bondong keluar rumah. Ada yang duduk di halaman, ada
pula yang berkumpul di lapangan atau tepi pantai, menengadahkan wajah penuh
takjub. Anak-anak tampak bersemangat, sementara orang tua sibuk mengabadikan
momen dengan kamera ponsel.
“Indah sekali, Bulannya benar-benar merah. Rasanya seperti melihat
lukisan langit. Alhamdulillah malaim ini cerah, jadi bisa melihat langsung,”
ujar Ilfil, seorang warga Kotaagung yang
sengaja begadang demi tidak melewatkan fenomena langka ini.
Menurut para astronom, totalitas kali ini berlangsung sekitar 82 menit,
menjadikannya salah satu gerhana dengan durasi panjang dalam beberapa tahun terakhir.
Kotaagung termasuk wilayah yang beruntung karena bisa menyaksikan keseluruhan
fase gerhana dari awal hingga akhir.
Fenomena warna merah pada Bulan dijelaskan ilmuwan sebagai akibat dari
cahaya Matahari yang dibiaskan oleh atmosfer Bumi. Cahaya biru tersebar ke
segala arah, sementara cahaya merah masih mampu menembus dan jatuh ke permukaan
Bulan. Itulah sebabnya, saat puncak gerhana, Bulan tampak seperti obor raksasa
yang menggantung di langit.
Gerhana Bulan Total bukan hanya tontonan astronomi, tetapi juga menjadi
momen refleksi. Banyak masyarakat yang percaya bahwa fenomena langit ini adalah
pengingat akan kebesaran sang Maha Pencipta.
“Fenomena ini membuat kita sadar betapa kecilnya manusia dengan kekuasaan
Allah yang begitu besar. Langit yang sebelumnya gelap oleh hujan, kini dibuka
agar kita bisa menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya,” ungkap Ustaz Amar, tokoh
agama setempat.
Berdasarkan data astronomi internasional, gerhana bulan total ini dapat
disaksikan di sebagian besar wilayah Asia, Australia, Afrika Timur, hingga
seluruh Indonesia. Kotaagung menjadi salah satu titik terbaik karena posisi
geografisnya yang memungkinkan pengamatan dari awal hingga akhir.
Blood Moon di langit Kotaagung bukan sekadar peristiwa astronomi, tetapi
juga perayaan spiritual dan kebersamaan. Malam cerah setelah berhari-hari hujan
seolah menjadi undangan langit bagi masyarakat untuk merenung, bahwa di hadapan
alam semesta dan kekuasaan Allah, manusia hanyalah makhluk kecil yang patut
bersyukur. (*)
Berita Lainnya
-
Tidak Kuorum, Rapat Paripurna Pengesahan APBD Perubahan Tanggamus Ditunda Tiga Hari
Senin, 08 September 2025 -
Sejumlah Anggota DPRD Tanggamus Tidak Hadir, Pengesahan APBD Perubahan 2025 Terancam Tertunda
Senin, 08 September 2025 -
Napi Kasus Pencurian Ditemukan Tewas Diduga Gantung Diri di Rutan Kotaagung
Senin, 08 September 2025 -
Gagal Kabur, Pelaku Curanmor di Pugung Diringkus Polisi dan Warga Setelah Motor Mogok
Senin, 08 September 2025