• Kamis, 11 September 2025

Harga Singkong Anjlok, Gubernur Lampung Minta Petani Beralih Tanam Jagung dan Padi

Kamis, 11 September 2025 - 16.27 WIB
24

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal saat dimintai keterangan, Kamis (11/9/2025). Foto: Ria/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Harga singkong di Provinsi Lampung saat ini masih belum stabil, meski Kementerian Pertanian telah menetapkan harga dasar sebesar Rp1.350 per kilogram dengan potongan 15 persen.

Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, mengimbau kepada para petani untuk beralih menanam komoditas lain seperti jagung dan padi gogo sebagai bagian dari program ketahanan pangan nasional.

Mirza menyatakan bahwa dua komoditas ini telah mendapatkan jaminan dari pemerintah pusat, baik dalam bentuk harga acuan, larangan impor, hingga dukungan terhadap hilirisasi yang membuka peluang besar nilai tambah.

"Pemerintah pusat sudah menetapkan bahwa jagung dan padi ini komoditas strategis, dilarang untuk diimpor, dan menjadi perhatian nasional. Di sisi lain, potensi hilirisasi dan nilai tambahnya juga masih sangat besar," kata Mirza, saat dimintai keterangan, Kamis (11/9/2025).

Namun demikian, Gubernur Mirza menyebutkan bahwa peralihan petani dari menanam singkong ke komoditas seperti padi gogo atau jagung menemui tantangan tersendiri, terutama soal ketersediaan air.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah daerah berkolaborasi dengan PLN dalam percepatan penyediaan listrik untuk mendukung penggunaan pompa air di daerah-daerah yang selama ini kesulitan air dan hanya bisa ditanami singkong.

"Kami bersama PLN sudah duduk bersama. Mereka siap bantu agar listrik cepat masuk ke daerah-daerah sentra pertanian yang butuh pompa air. Ini solusi konkret untuk membuka lahan baru jagung dan padi gogo," tambahnya.

Selain itu, pemerintah daerah juga telah menyiapkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendukung pembiayaan petani jagung dan padi, khususnya di wilayah yang selama ini belum tersentuh irigasi.

Mirza juga menyoroti persoalan harga singkong dan tepung tapioka yang saat ini terus merosot akibat tidak adanya kebijakan impor yang tegas.

Menurutnya, upaya pemerintah daerah selama berbulan-bulan untuk mendorong penghentian impor masih belum sepenuhnya berhasil.

"Kami mendorong agar regulasi yang melarang impor ditegakkan. Karena ketika masih ada impor, harga tapioka di dalam negeri jatuh. Ini tentu merugikan petani singkong," ujarnya.

Untuk diketahui, sejak awal tahun, harga tepung tapioka di Indonesia terus menurun. Dari sebelumnya berada di angka Rp8.000 per kg, turun menjadi Rp6.000, dan kini menyentuh angka Rp4.500.

Di saat bersamaan, harga singkong di tingkat petani dipatok pada Rp1.350 per kg dengan potongan 15 persen.

Penurunan harga ini dipicu oleh masuknya tepung tapioka impor serta ketidakseragaman penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat nasional.

"Kemarin Pak Menteri sepakat akan menetapkan HET untuk seluruh Indonesia. Selama ini hanya Lampung yang wajib menetapkan HET, daerah lain tidak, sehingga pabrik-pabrik di Lampung kalah bersaing," terang Gubernur.

Ia juga menekankan bahwa saat ini lebih dari 70 persen serapan tapioka digunakan untuk industri non-pangan seperti industri kertas, sementara hanya 5 sampai 10 persen yang digunakan untuk pangan.

"Harapannya ini dapat mengembalikan harga komoditas ke tingkat yang menguntungkan petani, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pengembangan komoditas strategis," tutupnya. (*)