Ketika Jalan Jadi Ujian, Anak-anak Atar Kuwaw Lambar Lawan Lumpur Demi Sekolah

Kondisi jalan di Pekon (Desa) Atar Kuwaw, Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat, terlihat anak-anak kesulitan melintas karena akses jalan berubah menjadi lumpur. Foto: Echa/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung Barat - Hujan yang mengguyur wilayah Pekon (Desa) Atar Kuwaw, Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Kamis (11/9/2025) sore, membuat akses jalan utama desa sepanjang dua kilometer berubah menjadi lumpur.
Kondisi ini menyulitkan anak-anak yang pulang sekolah karena jalan licin dan sulit dilalui kendaraan.
Jalan tanah liat tersebut merupakan akses utama warga untuk berbagai aktivitas, mulai dari menuju sekolah, pasar, fasilitas kesehatan, hingga membawa hasil kebun kopi ke pusat perdagangan. Namun, setiap kali hujan turun, jalur vital itu berubah menjadi tantangan berat.
Sejumlah anak sekolah terpaksa menuntun motor mereka karena roda kendaraan sulit bergerak di jalan berlumpur.
Sebagian lainnya memilih berjalan kaki agar lebih cepat sampai rumah meski harus rela seragam dan sepatu mereka kotor terkena lumpur.
“Kalau sore habis hujan, anak-anak pulangnya jadi lebih lama. Jalannya licin sekali, motor sering selip. Saya sering lihat mereka jatuh, bajunya kotor semua, tapi tetap lanjut,” ujar Adrik, warga setempat saat diminta keterangan.
Menurutnya, kondisi jalan ini sudah lama dikeluhkan masyarakat. Meski menjadi urat nadi kehidupan warga, perbaikan permanen terhadap infrastruktur tersebut hingga kini belum terlihat.
Warga menilai akses sepanjang dua kilometer itu seharusnya mendapat prioritas.
“Kasihan anak-anak sekolah. Mereka sudah capek belajar, pulangnya harus menghadapi jalan licin. Tapi luar biasanya, mereka tetap semangat berangkat dan pulang sekolah setiap hari,” tambah Adrik.
Tak hanya bagi anak-anak, warga dewasa pun merasakan dampaknya.
Petani kesulitan mengangkut hasil kebun kopi ke pasar, sedangkan warga yang ingin berobat ke puskesmas harus ekstra hati-hati melewati jalan licin setelah hujan.
Adrik menyebut, setiap musim hujan cerita serupa selalu terulang. Warga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk bisa melewati jalan.
“Kalau ada orang sakit, kami paling khawatir. Membawanya lewat jalan licin jelas sangat berisiko,” jelasnya.
Kondisi tersebut juga membuat orang tua merasa cemas ketika melepas anak-anak mereka sekolah.
Sore hari menjadi waktu penuh kekhawatiran karena perjalanan pulang lebih berisiko dibandingkan saat berangkat pagi.
Meski demikian, semangat anak-anak tetap tak surut. Mereka tetap berangkat sekolah setiap hari meskipun harus menghadapi hujan, lumpur, dan jalan yang sulit dilalui. Bagi mereka, pendidikan adalah tujuan utama yang harus diperjuangkan.
Di musim kemarau, akses jalan ini sedikit lebih mudah dilewati meski berdebu dan tetap menyulitkan kendaraan. Namun begitu hujan tiba, jalur ini seakan berubah menjadi “tembok lumpur” yang menahan langkah warga.
Warga berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki kondisi jalan tersebut.
Menurut mereka, perbaikan infrastruktur akan sangat membantu kelancaran aktivitas dan meringankan beban masyarakat.
“Kalau jalan ini diperbaiki, anak-anak bisa sekolah dengan nyaman, petani lebih mudah membawa hasil kebun, dan masyarakat tidak lagi kesulitan ke puskesmas,” pungkas Adrik.
Hingga kini, masyarakat Atar Kuwaw masih menunggu perhatian dari pemerintah daerah.
Jalan dua kilometer yang setiap hari menjadi saksi perjuangan anak-anak pulang sekolah itu, bagi warga, bukan sekadar lintasan tanah, melainkan urat nadi kehidupan. (*)
Berita Lainnya
-
Dampak Banjir Bandang di Lambar, 60 Rumah Rusak dan 75 Hektare Sawah Terancam Gagal Panen
Kamis, 11 September 2025 -
Pasca Banjir Bandang Suoh, Jalan Masih Lumpuh dan Warga Bertahan di Pengungsian
Kamis, 11 September 2025 -
Pengumuman PPPK Paruh Waktu di Lampung Barat Ditunda, BKPSDM Sebut Kendala Teknis
Kamis, 11 September 2025 -
Banjir Bandang Terjang Suoh Lambar, 5 Rumah Hanyut dan 30 Warga Mengungsi
Rabu, 10 September 2025