• Kamis, 11 September 2025

Metro Krisis Lapangan Kerja, Akademisi Desak Pemkot Tak Hanya Jual Janji

Kamis, 11 September 2025 - 10.58 WIB
100

Dekan FISIP UDW Metro, Sudarman Mersa. Foto: Dok Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Gelombang lulusan perguruan tinggi setiap tahun semakin menumpuk di Kota Metro, namun lapangan kerja yang tersedia masih jauh dari memadai.

Fakta ini diungkapkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Dharma Wacana Metro, Dr. Sudarman Mersa, yang menegaskan perlunya langkah konkret dari pemerintah daerah agar problem pengangguran tidak semakin membengkak.

Sudarman menjelaskan, khusus di FISIP UDW Metro, rata-rata ada 150 mahasiswa yang lulus setiap tahunnya. Namun dari hasil tracer study yang dilakukan, hanya sekitar 30 persen lulusan yang berhasil terserap dunia kerja.

Artinya, ada lebih dari setengah lulusan yang masih harus berjuang sendiri mencari jalan hidup, termasuk memilih bertahan dengan pekerjaan serabutan atau membangun usaha kecil tanpa pendampingan serius dari pemerintah.

“Setiap tahun, kita melepas ratusan lulusan. Namun jika dunia kerja tak siap menampung, maka angka pengangguran terdidik akan terus bertambah. Hendaknya Pemkot Metro bersama stakeholder membuka jaringan dan kerjasama dengan pihak swasta, baik dalam maupun luar negeri, agar lulusan-lulusan ini bisa tersalurkan dengan baik,” kata Sudarman Mersa saat dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp, Kamis (11/9/2025).

Ia menambahkan, pemerintah daerah juga seharusnya tidak sekadar mengandalkan serapan kerja formal, tetapi mulai serius membuka latihan-latihan kerja bagi pemuda, memberikan pendampingan kepada home industri lokal, hingga menciptakan iklim usaha yang ramah bagi wirausaha muda.

“Untuk jangka panjang, pemkot bisa membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang menyesuaikan dengan potensi lokal, misalnya sektor wisata, UMKM, hingga ekonomi kreatif. Itu akan memberi ruang lebih besar bagi tenaga kerja lokal untuk berkembang,” jelasnya.

Catatan menunjukkan bahwa problem pengangguran di Kota Metro memang bukan hal sepele. Berdasarkan catatan Kupastuntas.co, pada tahun 2024 jumlah pengangguran terbuka di Kota Metro mencapai 3.468 orang, atau sekitar 3,71 persen dari total angkatan kerja sebanyak 93.584 orang.

Jika dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi kenaikan sekitar 198 orang, dari 3.270 pengangguran pada tahun 2023 menjadi 3.468 pada tahun 2024. Padahal, tren sebelumnya sempat menunjukkan perbaikan, yang mana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Metro menurun dari 5,40 persen pada 2020 menjadi 3,60 persen pada 2023, sebelum akhirnya sedikit naik kembali di tahun 2024 menjadi 3,71 persen.

Kondisi ini menunjukkan adanya stagnasi, bahkan kemunduran dalam strategi pemerintah mengatasi pengangguran. Apalagi dengan fakta ratusan lulusan perguruan tinggi yang terus lahir setiap tahun, risiko ledakan pengangguran intelektual bisa semakin nyata.

Pengamat menilai bahwa Metro terlalu lama bergantung pada sektor jasa dan pemerintahan tanpa keberanian memperluas basis ekonomi lokal. Jika tren ini berlanjut, maka setiap tahun lulusan baru akan terus menambah beban angkatan kerja tanpa solusi jangka panjang.

Sudarman menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh membiarkan masalah ini menjadi bom waktu.

"Tanpa kebijakan inovatif, kita hanya akan mencetak pengangguran baru setiap tahun. Lulusan siap bekerja, tetapi kesempatan tidak tersedia. Pemkot harus hadir, bukan sekadar memberi janji,” tandasnya. (*)