Setiap Tahun 29.200 Lulusan Kampus di Lampung Menganggur

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution. Foto: Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Jumlah lulusan perguruan
tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Provinsi Lampung
mencapai 30 ribu orang per tahun. Dari jumlah itu, hanya 800 lulusan yang
terserap industri lokal, sementara 29.200 sisanya menjadi pengangguran.
Jumlah
lulusan PTN dan PTS di Provinsi Lampung yang bisa langsung mendapatkan
pekerjaan masih sangat minim. Sementara setiap tahun, kampus-kampus di Lampung
rutin mewisuda lulusan dari program sarjana (S1) maupun diploma. Akibatnya, angka
pengangguran sarjana dan diploma terus bertambah setiap tahun.
Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution,
mengungkapkan pada Februari 2025 terdapat 4.879.000 penduduk Lampung yang
bekerja dan 206 ribu orang pengangguran.
“Apabila
dibandingkan Februari 2024, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 41 ribu
orang, penduduk bekerja bertambah 42 ribu orang, sementara pengangguran
berkurang 1.000 orang,” kata Ahmadriswan dikutip dari laman resmi BPS, Kamis
(11/9/2025).
Ia
menjelaskan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tamatan SMA masih yang
tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya, yakni 6,88 persen. Adapun
TPT tamatan perguruan tinggi sebesar 3,60 persen.
“TPT
yang paling rendah adalah pendidikan SD ke bawah sebesar 2,90 persen.
Dibandingkan Februari 2024, penurunan TPT terjadi pada hampir semua tingkat
pendidikan, dengan penurunan terbesar pada tingkat pendidikan SMP sebesar 1,21
persen poin. Sementara pendidikan SD ke bawah justru mengalami peningkatan TPT
sebesar 1,52 persen poin,” bebernya.
Menurutnya,
TPT di provinsi-provinsi di Sumatera bervariasi. Pada Februari 2025, TPT
tertinggi berada di Kepulauan Riau sebesar 6,89 persen, sedangkan terendah di
Bengkulu sebesar 3,24 persen. Lampung berada di posisi ketiga terendah dengan
TPT 4,07 persen.
Sebelumnya,
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengingatkan bahwa bonus demografi di
Provinsi Lampung berpotensi terjadi sebelum 2028. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas pendidikan dan daya saing sumber daya manusia (SDM) menjadi kebutuhan
mendesak.
“Saat
ini 68 persen penduduk Lampung berada dalam usia produktif (15-65 tahun),
sehingga provinsi ini berpotensi lebih cepat menikmati bonus demografi, bahkan
sebelum tahun 2028,” kata Mirzani saat menghadiri Rapat Kerja Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah Lampung di Gedung Serba Guna
(GSG) Umitra, Bandar Lampung, Rabu (21/5/2025).
Namun,
ia khawatir potensi tersebut akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan
peningkatan kualitas pendidikan dan daya saing tenaga kerja.
“Bonus
demografi bisa menjadi peluang besar, tetapi kalau kualitas SDM kita masih
rendah, maka yang menikmati kemajuan bukan masyarakat Lampung,” ujarnya.
Mirzani
menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung masih tergolong rendah, yakni
peringkat terakhir di Sumatera dan ke-20 secara nasional. Rendahnya angka
tersebut didorong oleh kualitas pendidikan yang belum memadai.
Ia
menuturkan, hanya 21-22 persen lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan
tinggi, dan hanya sekitar 62 persen lulusan SMP yang masuk ke SMA. Kondisi ini
terus terjadi setiap tahun sehingga menghambat peningkatan IPM Lampung.
Di
sektor ketenagakerjaan, Mirzani mengungkapkan adanya ketimpangan besar antara
jumlah lulusan perguruan tinggi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
“Dari
sekitar 30 ribu lulusan D3 hingga S1 setiap tahun, hanya sekitar 800 lulusan
dari perguruan tinggi di Lampung yang terserap industri lokal. Kami hanya punya
sekitar 200 perusahaan industri, jauh tertinggal dari provinsi tetangga. Bahkan
dari 2.000 lowongan kerja untuk lulusan S1, 1.200 di antaranya diisi oleh
lulusan dari luar Lampung,” jelasnya.
Ia
juga menyoroti minimnya keterpaduan sistem pendidikan, mulai dari SD hingga
perguruan tinggi, yang berjalan sendiri-sendiri tanpa visi dan arah yang
terintegrasi.
Untuk
itu, Mirzani menekankan pentingnya pengetatan standar kompetensi dan kelulusan
agar siswa dan mahasiswa benar-benar siap menghadapi dunia kerja.
“Selama
ini yang penting lulus, bukan kompeten. Sekolah dan universitas perlu
bersinergi, menciptakan sistem pendidikan yang menyeluruh dan berjenjang,”
imbuhnya.
Ia
mengajak seluruh pihak, terutama Aptisi Wilayah Lampung, berkolaborasi dengan
pemerintah daerah dalam membentuk SDM unggul sebagai fondasi menuju Indonesia
Emas 2045.
“Periode
2025-2030 adalah fase kritis pembentukan generasi emas. Anak-anak SMP dan SMA
hari ini adalah pemimpin dan pelaku pembangunan tahun 2045,” ujarnya.
Mirzani
berkomitmen membuka ruang dialog, menerima masukan, serta menjalin kerja sama
erat dengan seluruh institusi pendidikan tinggi swasta di Lampung demi kemajuan
bersama di masa depan.
Sementara
itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Dharma
Wacana Metro, Sudarman Mersa, menilai perlu adanya langkah konkret dari
pemerintah daerah agar problem pengangguran tidak semakin membengkak.
Sudarman
menjelaskan, khusus di FISIP Universitas Dharma Wacana Metro, rata-rata ada 150
mahasiswa yang lulus setiap tahun. Namun hanya sekitar 30 persen atau 45
lulusan yang berhasil terserap dunia kerja.
“Setiap
tahun kita melepas ratusan lulusan. Namun jika dunia kerja tidak siap
menampung, maka angka pengangguran terdidik akan terus bertambah,” kata
Sudarman, Kamis (11/9/2025).
Ia
menyarankan agar Pemkot Metro bersama para pemangku kepentingan membuka
jaringan dan kerja sama dengan pihak swasta, baik dalam maupun luar negeri,
agar lulusan bisa tersalurkan dengan baik.
Menurutnya,
pemerintah daerah sebaiknya tidak hanya mengandalkan serapan kerja formal,
tetapi juga serius membuka pelatihan kerja bagi pemuda, memberi pendampingan
kepada industri rumahan lokal, hingga menciptakan iklim usaha yang ramah bagi
wirausaha muda.
“Untuk
jangka panjang, Pemkot bisa membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
menyesuaikan dengan potensi lokal, misalnya sektor wisata, UMKM, hingga ekonomi
kreatif. Itu akan memberi ruang lebih besar bagi tenaga kerja lokal untuk
berkembang,” jelasnya.
Sudarman
menegaskan, pemerintah tidak boleh membiarkan masalah ini menjadi bom waktu.
“Tanpa kebijakan inovatif, kita hanya akan mencetak pengangguran baru setiap tahun. Lulusan siap bekerja, tetapi kesempatan tidak tersedia. Pemkot harus hadir, bukan sekadar memberi janji,” tandasnya. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 12 September 2025 dengan judul "Setiap Tahun 29.200 Lulusan Kampus di Lampung Menganggur"
Berita Lainnya
-
Arinal Djunaidi Hadiri Peresmian Masjid Raya Al-Bakrie
Jumat, 12 September 2025 -
Cegah Banjir, Pemprov Lampung Perkuat Mitigasi Lewat Pelestarian Hutan
Kamis, 11 September 2025 -
8.536 Mahasiswa Baru Unila 2025 Resmi Registrasi, Kadin Lampung Ingatkan Pentingnya Pilih Jurusan Sesuai Tren Industri
Kamis, 11 September 2025 -
5.891 Honorer di Bandar Lampung Akan Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu, Wajib Lengkapi Syarat Kesehatan
Kamis, 11 September 2025