Kepala Sekolah Bantah Pengakuan Siswi SMAN 9 Bandar Lampung Mengaku Dibully: Setelah Dikonfirmasi Tidak Ada Pembullyan

Kepala SMAN 9 Bandar Lampung, Hayati Nufus. Foto: Sri/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung -Seorang siswi kelas 12 SMAN 9 Bandar Lampung berinisial MR, sudah dua pekan tidak bersekolah akibat dugaan bullying yang dialaminya.
Ia memilih berdiam diri di rumah sederhana milik orang tuanya di kawasan Sukamenanti Baru, Kedaton, karena merasa malu dan tertekan akibat ejekan teman-temannya.
Ibu MR, Endang (40), mengaku putrinya mengalami tekanan berat setelah difitnah hamil dan sering diejek karena kondisi ekonomi keluarga.
“Dia malu, katanya teman-teman bilang hamil. Ada juga yang mengejek karena kami orang tidak mampu. Bahkan saat program Makan Bergizi Gratis (MBG), anak saya sempat tidak dapat jatah karena namanya tidak ada di daftar. Padahal justru dia yang sangat membutuhkan,” ucapnya lirih, Senin (15/9/2025).
Endang menambahkan, sejak peristiwa itu putrinya semakin tertutup dan enggan keluar rumah.
MR membenarkan dirinya sering diperlakukan tidak adil oleh teman sekelas.
“Saya dibilang miskin hama. Waktu dapat MBG ada yang nyeletuk, wajar orang miskin senang dapat makan gratis. Bahkan ada yang fitnah saya hamil. Setiap ada kerja kelompok, saya selalu ditolak ikut bergabung,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Kepala SMAN 9 Bandar Lampung, Hayati Nufus, membantah jika pihak sekolah abai. Ia mengklaim sudah berkomunikasi dengan orang tua siswa sejak akhir Agustus. Guru BK bersama wali kelas juga telah melakukan pembinaan dan konfirmasi kepada siswa lain.
“Pada 28 Agustus, guru BK sudah menghubungi orang tuanya. Bahkan 1 September orang tua datang ke sekolah dan membicarakan masalah ini selama dua jam. Kami juga sudah melakukan konfirmasi dengan teman-teman sekelas, tidak ditemukan adanya bullying seperti yang disampaikan,” jelasnya.
Menurutnya, pihak sekolah sudah menindaklanjuti laporan tersebut dengan memanggil beberapa siswa kelas 12 untuk dimintai keterangan. Hasilnya, kata dia, tidak ditemukan indikasi bullying sebagaimana yang diceritakan MR.
“Kami minta konfirmasi dari teman-temannya, ternyata tidak ada perlakuan seperti itu. Justru teman-teman kelasnya berusaha mengajak dia bergabung,” tambahnya.
Hayati menuturkan, MR memang kerap merasa tidak nyaman dengan lingkungan kelasnya. Ia lebih sering bergaul dengan adik kelas atau komunitas futsal.
“Sejak kelas 11 dia lebih banyak berteman dengan siswa kelas 10. Bahkan sempat ikut komunitas futsal, dan itu kami dukung. Tetapi sejak Agustus, ia mulai jarang hadir di kelas. Saat ada kegiatan Agustusan pun masih ikut, setelah itu mulai berubah sikap,” ungkapnya.
Pihak sekolah juga mengaku sudah melakukan home visit saat MR tidak pulang ke rumah selama tiga hari berturut-turut.
“Guru BK datang langsung ke rumah untuk mencari tahu kondisi sebenarnya. Kami juga terus berkomunikasi dengan orang tua. Jadi kalau disebut sekolah tidak peduli, itu tidak benar,” tegas Hayati.
Meski demikian, pihak sekolah tetap berupaya mendukung MR agar kembali semangat belajar. Apalagi saat ini ia sudah duduk di kelas 12 dan sebentar lagi akan menghadapi Ujian Sekolah maupun Tes Kompetensi Minimal (TKM).
“Kami tetap membuka ruang bagi MR untuk kembali ke sekolah. Guru BK sudah disiapkan untuk melakukan pendampingan. Kami juga minta teman-temannya lebih mendukung, supaya dia merasa nyaman berada di kelas,” kata Hayati.
Terkait tudingan depresi, Hayati menyebut perlu dilihat secara menyeluruh.
“Kalau dilihat dari aktivitas di media sosial, dia masih nongkrong di kafe. Jadi istilah depresi ini perlu dikaji lebih dalam. Tapi kami tetap memberikan dukungan psikologis melalui BK,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Thomas Amirico, menyampaikan pihaknya sudah turun ke lapangan untuk mengecek kondisi MR dan meminta laporan lengkap dari sekolah.
“Semua pihak harus duduk bersama agar masalah ini tidak berlarut. Jangan sampai berdampak pada psikologis anak. Kami mendorong fungsi guru BK diperkuat, dan sekolah lebih ketat dalam memitigasi potensi bullying,” kata Thomas.
Ia juga menegaskan, bila terbukti ada tindakan bullying, maka akan ada langkah tegas terhadap pelaku. Namun, untuk saat ini Dinas masih mengumpulkan keterangan dari sekolah, siswa, dan keluarga.
“Ini jadi bahan evaluasi agar kasus serupa tidak terulang. Anak harus merasa aman dan nyaman di sekolah,” pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Dua Mahasiswa Sistem Informasi UIN RIL Terpilih Menjadi Google Student Ambassador 2025
Senin, 15 September 2025 -
Polisi Beberkan Kendala Ungkap Kasus Pembunuhan Bocah di Pesibar: Lokasi Terpencil dan TKP Rusak
Senin, 15 September 2025 -
Iskandar Zulkarnain dari Lampung Jadi Wasekjen PWI Pusat 2025–2030
Senin, 15 September 2025 -
Pelaku Pembunuhan Sadis Dua Bocah di Pesibar Diduga Alami Kelainan Seksual
Senin, 15 September 2025