• Kamis, 18 September 2025

2 Koperasi Merah Putih di Metro Mulai Beroperasi, Hadirkan Layanan Simpan Pinjam hingga Sembako

Kamis, 18 September 2025 - 11.43 WIB
13

Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, saat meninjau Koperasi Merah Putih (KMP) Yosodadi. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Metro - Gerakan ekonomi kerakyatan berbasis koperasi mulai menunjukkan geliatnya di Kota Metro. Dua unit Koperasi Merah Putih (KMP) kini mulai beroperasi, masing-masing di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, dan Kelurahan Yosodadi, Kecamatan Metro Pusat.

Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, menyambut baik langkah tersebut. Menurutnya, koperasi adalah wadah gotong royong yang bisa mendorong kemandirian ekonomi masyarakat jika dikelola secara profesional.

Meski digagas untuk hadir di setiap kelurahan, dari 22 KMP yang direncanakan di Metro, saat ini baru dua unit yang benar-benar mulai aktif berjalan.

"Keterbatasan fasilitas juga masih terasa. Satu koperasi menggunakan ruko pinjam pakai sebagai kantor, sementara yang lain masih menumpang di kantor kelurahan," kata Wakil Walikota Metro, saat dikonfirmasi awak media, Kamis (18/9/2025).

Namun dari sisi administrasi, seluruh KMP di Metro sudah terdaftar di Kemenkumham, Kementerian Koperasi, hingga dinas terkait, dengan AD/ART yang sah serta struktur kepengurusan yang lengkap.

Rafieq menyebut, sejak berdiri, KMP di Metro telah mendapatkan pendampingan dari Dinas Koperasi dan Kejaksaan berupa pelatihan, pembinaan administrasi, hingga bimbingan manajemen usaha. Ia menegaskan, pemerintah daerah akan terus mendorong keberadaan koperasi sebagai pilar ekonomi desa.

"Koperasi Merah Putih diharapkan mampu menjadi model usaha bersama yang bukan hanya memutar roda ekonomi, tapi juga memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan,” ucapnya.

Ketua KMP Banjarsari, Adi Sucipto, menjelaskan bahwa koperasi saat ini masih fokus pada usaha dasar seperti simpan pinjam, pembayaran PLN, layanan pos, penjualan gas elpiji, dan sembako.

"Produk yang paling diminati masyarakat adalah layanan pembayaran PLN dan distribusi gas elpiji, dengan pembeli utama berasal dari warga sekitar," ujarnya.

Hingga kini, belum ada koperasi yang mengajukan pinjaman modal ke bank. Meski begitu, pengurus tengah menyiapkan rencana pembiayaan tambahan melalui LPDB-KUMKM dan perbankan Himbara, sambil menunggu regulasi yang lebih jelas.

"Untuk permodalan, KMP menghimpun dana dari anggota melalui simpanan pokok Rp10 ribu, simpanan rutin Rp5 ribu per bulan, serta simpanan sukarela," terangnya.

Sementara itu, Ketua KMP Yosodadi, Sugianto, menjelaskan bahwa koperasi yang dipimpinnya tercatat memiliki sekitar 300 anggota. Mekanisme keanggotaan pun cukup sederhana, yaitu warga cukup mendaftar dengan membayar simpanan pokok dan simpanan rutin setiap bulan.

"Semangat kebersamaan inilah yang kami tekankan. Koperasi bukan hanya soal usaha, tapi wadah membangun solidaritas ekonomi warga,” ujar Sugianto.

Meski sudah berjalan, pengurus koperasi tidak menampik adanya sejumlah kendala. Tantangan utama adalah sistem permodalan yang belum kuat dan regulasi yang belum sepenuhnya solid. Selain itu, pemasaran masih terbatas secara offline, dengan mitra utama sesama koperasi.

"Harapan kami, KMP bisa berkembang ke sektor lain seperti agribisnis, pengolahan hasil, maupun usaha bersama. Dengan begitu, koperasi bisa menjadi instrumen penting untuk menumbuhkan ekonomi lokal,” harapnya.

Dengan modal kebersamaan, dukungan pemerintah, serta komitmen pengurus, dua KMP yang sudah berjalan ini diharapkan menjadi tonggak awal kebangkitan ekonomi berbasis koperasi di Kota Metro. (*)