Muncul Usulan MBG Diganti Uang atau Beras, Orang Tua Siswa Sambut Antusias

Ilustrasi
Kupastuntas.co,
Bandar Lampung - Dampak semakin banyaknya siswa keracunan menu Makan Bergizi
Gratis (MBG), kini muncul usulan agar program tersebut diganti dengan uang atau
beras. Orang tua siswa pun menyambut antusias usulan ini.
Rossi,
warga Langkapura, Bandar Lampung, mengaku setuju jika program MBG diganti
dengan beras atau barang lain sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh siswa.
“Saya setuju kalau diganti beras atau susu, atau bisa juga
bentuk barang yang lebih bermanfaat buat siswa. Misalnya, siswa SD bisa dikasih
susu satu dus atau barang lain yang manfaatnya bisa langsung dirasakan,” kata
Rossi yang masih memiliki anak duduk di bangku SMP, Senin (22/9/2025).
Namun,
Rossi menilai pemberian uang tunai berisiko disalahgunakan.
“Kalau bantuan diberikan dalam bentuk uang, khawatirnya nanti dipakai untuk
keperluan lain, bukan untuk membeli makanan bergizi bagi siswa. Seharusnya buat
siswa, tapi malah dipakai untuk hal lain,” ungkapnya.
Sementara
itu, Okta Indri (35), warga Perumnas Way Halim, Bandar Lampung, justru
mendukung usulan penggantian MBG dengan uang tunai karena dianggap lebih
efektif dibandingkan makanan siap saji.
“Kalau uang tunai lebih tepat, karena kita sebagai orang tua
tahu apa yang disukai anak. Selama ini menu MBG sering hanya dibungkus untuk
dibawa pulang, tapi tidak dimakan oleh anak,” kata ibu yang memiliki anak duduk
di kelas 1 SD ini, Senin (22/9/2025).
Okta
mengaku semakin khawatir setelah banyak siswa mengalami keracunan usai
mengonsumsi menu MBG di sekolah.
“Khwatir juga kalau ada info soal keracunan usai mengonsumsi
MBG. Kalau diganti uang sepertinya akan lebih efektif,” ungkapnya.
Atika
(29), warga Sepang Jaya, Bandar Lampung, juga menilai menu MBG yang diterima
anaknya sering basi, terutama lauk dan sayur, sehingga kerap terbuang.
“Kalau diganti uang tunai lebih baik, karena bisa disesuaikan
dengan selera anak. Menurut saya, uang Rp10 ribu sudah cukup untuk sekali
makan,” kata Atika, Senin (22/9/2025).
Sebelumnya,
usulan penggantian program MBG dengan uang tunai disampaikan oleh Wakil Ketua
Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris. Ia menilai, kasus
keracunan MBG terjadi akibat standard operating procedure (SOP) di Satuan
Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG yang kurang baik.
Charles
menyebut, rata-rata bahan baku menu MBG dipersiapkan sejak pukul 23.00 WIB
malam sebelum distribusi. Makanan kemudian dimasak pukul 04.00 WIB, dibungkus
pukul 07.00 WIB, dan baru dihidangkan sekitar pukul 11.00–12.00 WIB. Kondisi
ini membuat risiko makanan basi dan terkontaminasi bakteri sangat tinggi.
Ia
pun mendorong pola baru dalam penyediaan makan bergizi gratis oleh Badan Gizi
Nasional (BGN), salah satunya memberikan uang kepada orang tua siswa agar bisa
menyiapkan makanan bergizi untuk anak masing-masing.
“Opsi memberikan uang kepada orang tua murid misalnya, sehingga mereka bisa
menyediakan makanan sendiri untuk anak-anaknya,” ujar Charles kepada wartawan,
Jumat (19/9/2025).
Menanggapi
usulan ini, pihak Istana melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg),
Prasetyo Hadi, menyatakan ide tersebut sah-sah saja, tetapi pemerintah menilai
skema yang ada saat ini sudah paling baik.
Prasetyo
menegaskan bahwa konsep terbaik adalah memberikan langsung makan siang jadi
kepada siswa dan penerima manfaat lainnya. Skema ini dinilai lebih tepat
dibandingkan bantuan uang tunai.
“Ide kan banyak, bukan berarti ide tidak baik, tapi konsep yang sekarang
dijalankan dianggap oleh pemerintah dan BGN yang terbaik untuk dikerjakan,”
ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat
(19/9/2025).
Ia
menambahkan, jika ada catatan masalah dalam program MBG, pemerintah akan
menampung dan memperbaikinya.
“Kalau nanti ada catatan ya kita akui dan kita perbaiki,” lanjutnya.
Berdasarkan
data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), hingga pertengahan
September 2025 sedikitnya 5.360 siswa di berbagai daerah menjadi korban
keracunan massal setelah menyantap makanan dari program MBG.
Sementara
itu, temuan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat
lebih dari 4.000 siswa menjadi korban keracunan MBG sepanjang delapan bulan
terakhir. Jumlah tersebut mencakup siswa dari jenjang taman kanak-kanak hingga
sekolah menengah atas. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa 23
September 2025 dengan judul “Muncul Usulan MBG Diganti Uang atau Beras”
Berita Lainnya
-
JPPI Temukan 6.452 Siswa Keracunan MBG
Selasa, 23 September 2025 -
Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Perairan Karang Maritim Bandar Lampung
Selasa, 23 September 2025 -
Pemkot Bandar Lampung Berhasil Tekan Angka Kemiskinan
Senin, 22 September 2025 -
Bapenda Lampung Beberkan Prognosis Pajak Daerah, PKB Masih Jadi Tantangan
Senin, 22 September 2025