• Selasa, 23 September 2025

Muncul Usulan MBG Diganti Uang atau Beras, Orang Tua Siswa Sambut Antusias

Selasa, 23 September 2025 - 08.15 WIB
26

Ilustrasi

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dampak semakin banyaknya siswa keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG), kini muncul usulan agar program tersebut diganti dengan uang atau beras. Orang tua siswa pun menyambut antusias usulan ini.

Rossi, warga Langkapura, Bandar Lampung, mengaku setuju jika program MBG diganti dengan beras atau barang lain sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh siswa.

“Saya setuju kalau diganti beras atau susu, atau bisa juga bentuk barang yang lebih bermanfaat buat siswa. Misalnya, siswa SD bisa dikasih susu satu dus atau barang lain yang manfaatnya bisa langsung dirasakan,” kata Rossi yang masih memiliki anak duduk di bangku SMP, Senin (22/9/2025).

Namun, Rossi menilai pemberian uang tunai berisiko disalahgunakan.
“Kalau bantuan diberikan dalam bentuk uang, khawatirnya nanti dipakai untuk keperluan lain, bukan untuk membeli makanan bergizi bagi siswa. Seharusnya buat siswa, tapi malah dipakai untuk hal lain,” ungkapnya.

Sementara itu, Okta Indri (35), warga Perumnas Way Halim, Bandar Lampung, justru mendukung usulan penggantian MBG dengan uang tunai karena dianggap lebih efektif dibandingkan makanan siap saji.

“Kalau uang tunai lebih tepat, karena kita sebagai orang tua tahu apa yang disukai anak. Selama ini menu MBG sering hanya dibungkus untuk dibawa pulang, tapi tidak dimakan oleh anak,” kata ibu yang memiliki anak duduk di kelas 1 SD ini, Senin (22/9/2025).

Okta mengaku semakin khawatir setelah banyak siswa mengalami keracunan usai mengonsumsi menu MBG di sekolah.

“Khwatir juga kalau ada info soal keracunan usai mengonsumsi MBG. Kalau diganti uang sepertinya akan lebih efektif,” ungkapnya.

Atika (29), warga Sepang Jaya, Bandar Lampung, juga menilai menu MBG yang diterima anaknya sering basi, terutama lauk dan sayur, sehingga kerap terbuang.

“Kalau diganti uang tunai lebih baik, karena bisa disesuaikan dengan selera anak. Menurut saya, uang Rp10 ribu sudah cukup untuk sekali makan,” kata Atika, Senin (22/9/2025).

Sebelumnya, usulan penggantian program MBG dengan uang tunai disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris. Ia menilai, kasus keracunan MBG terjadi akibat standard operating procedure (SOP) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG yang kurang baik.

Charles menyebut, rata-rata bahan baku menu MBG dipersiapkan sejak pukul 23.00 WIB malam sebelum distribusi. Makanan kemudian dimasak pukul 04.00 WIB, dibungkus pukul 07.00 WIB, dan baru dihidangkan sekitar pukul 11.00–12.00 WIB. Kondisi ini membuat risiko makanan basi dan terkontaminasi bakteri sangat tinggi.

Ia pun mendorong pola baru dalam penyediaan makan bergizi gratis oleh Badan Gizi Nasional (BGN), salah satunya memberikan uang kepada orang tua siswa agar bisa menyiapkan makanan bergizi untuk anak masing-masing.
“Opsi memberikan uang kepada orang tua murid misalnya, sehingga mereka bisa menyediakan makanan sendiri untuk anak-anaknya,” ujar Charles kepada wartawan, Jumat (19/9/2025).

Menanggapi usulan ini, pihak Istana melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menyatakan ide tersebut sah-sah saja, tetapi pemerintah menilai skema yang ada saat ini sudah paling baik.

Prasetyo menegaskan bahwa konsep terbaik adalah memberikan langsung makan siang jadi kepada siswa dan penerima manfaat lainnya. Skema ini dinilai lebih tepat dibandingkan bantuan uang tunai.
“Ide kan banyak, bukan berarti ide tidak baik, tapi konsep yang sekarang dijalankan dianggap oleh pemerintah dan BGN yang terbaik untuk dikerjakan,” ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (19/9/2025).

Ia menambahkan, jika ada catatan masalah dalam program MBG, pemerintah akan menampung dan memperbaikinya.
“Kalau nanti ada catatan ya kita akui dan kita perbaiki,” lanjutnya.

Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), hingga pertengahan September 2025 sedikitnya 5.360 siswa di berbagai daerah menjadi korban keracunan massal setelah menyantap makanan dari program MBG.

Sementara itu, temuan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat lebih dari 4.000 siswa menjadi korban keracunan MBG sepanjang delapan bulan terakhir. Jumlah tersebut mencakup siswa dari jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. (*)

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa 23 September 2025 dengan judul “Muncul Usulan MBG Diganti Uang atau Beras”