Lazismu Metro Sulap Sampah Jadi Rupiah

Walikota Metro, H. Bambang Iman Santoso saat menghadiri kegiatan komunitas gebyar hijau. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Metro - Bau menyengat sampah biasanya membuat orang ingin cepat-cepat
menyingkir. Tapi di tangan para mustahik binaan Lazismu Kota Metro, sampah
justru berubah menjadi peluang emas yang bisa menambah isi dompet.
Inilah
semangat baru yang dilahirkan dari program Mustahik Metro Menanam yang telah
resmi diluncurkan pada Minggu (28/9/2025) kemarin.
Program
tersebut tidak hanya menghadirkan pelatihan pengolahan sampah organik, tetapi
juga membekali peserta dengan keterampilan bercocok tanam hortikultura.
Singkatnya, apa yang semula dianggap masalah sampah disulap menjadi sumber daya
yang menghidupkan.
Di
halaman pelatihan yang dipenuhi suara tawa peserta, sejumlah karung berisi
sampah organik dibongkar. Bukan untuk dibuang, melainkan diproses menjadi pupuk
kompos.
Para
peserta, mulai dari ibu rumah tangga hingga pemuda karang taruna, tampak
antusias mencoba setiap tahap. Dari memilah sisa dapur, mencampur dengan dedak,
hingga memberi cairan bio-aktivator.
“Saya
baru tahu kalau sampah bisa dipakai untuk menghasilkan uang. Biasanya ya
dibuang begitu saja,” ujar Siti, salah satu peserta, sambil menunjukkan hasil
olahan pertamanya, Senin (29/9/2025).
Dari
pupuk itulah, peserta diarahkan untuk menanam cabai, tomat, dan sayuran hijau.
Tak sekadar teori, mereka langsung mempraktikkan menanam bibit yang kemudian
dibawa pulang untuk dikembangkan di rumah.
Wali Kota
Metro, H. Bambang Iman Santoso yang melihat trobosan tersebut memberikan
apresiasi. Menurutnya, Lazismu telah memberi inspirasi baru tentang bagaimana
masyarakat bisa mandiri tanpa bergantung pada bantuan konsumtif.
"Program
ini menjawab dua hal sekaligus: menjaga lingkungan dan memperkuat ekonomi
keluarga. Kota Metro butuh inisiatif-inisiatif seperti ini,” ucap Bambang.
Ketua
Lazismu Kota Metro, H. Bekti Satriadi, menekankan bahwa Mustahik Metro Menanam
bukan sekadar program karitatif. Ia dirancang sebagai gerakan jangka panjang.
"Kami
ingin mustahik punya keterampilan produktif. Sampah yang tadinya jadi beban,
bisa diolah menjadi modal usaha. Dari sini, kemandirian lahir,” jelas Bekti.
Lazismu
bahkan merencanakan pendampingan lanjutan, mulai dari akses pemasaran hasil
panen, penguatan koperasi mustahik, hingga membuka jaringan dengan pelaku usaha
pupuk organik.
Meski
hanya menyediakan kuota 50 orang, panitia kewalahan karena pendaftar membludak.
Tak hanya dari Kota Metro, beberapa peserta bahkan datang dari Lampung Tengah
dan Lampung Timur.
Atmosfer
acara penuh energi positif. Seusai pelatihan, peserta pulang membawa bibit
sayuran, paket kompos, serta ide-ide segar tentang bagaimana sampah bisa jadi
“tambang baru” di halaman rumah mereka.
Bagi Kota
Metro, yang tiap hari menghasilkan puluhan ton sampah, langkah Lazismu ini
adalah oase. Ia membuka mata publik bahwa krisis lingkungan bisa diubah menjadi
peluang ekonomi jika dikelola dengan kreativitas.
Sampah
bukan lagi sekadar tumpukan masalah. Di tangan masyarakat yang terlatih, ia
berubah menjadi “rupiah hijau” yang tidak hanya menguatkan dapur, tetapi juga
menjaga bumi tetap sehat.
Program
ini membuktikan: membuang sampah sembarangan hanya melahirkan masalah, tetapi
mengolahnya bisa menumbuhkan harapan. (*)
Berita Lainnya
-
Metro Kirim Tiga Santri Terbaik ke MQKI Internasional
Senin, 29 September 2025 -
Ali Imron Muslim Kembali Terpilih Pimpin SMSI Metro Lampung
Senin, 29 September 2025 -
PLN UP3 Metro Gelar Refreshment PS4, Wujud Komitmen Peningkatan Pelayanan jelang Hari Kesaktian Pancasila
Senin, 29 September 2025 -
Polisi Tangkap Pengedar Sabu via Instagram di Metro Lampung
Minggu, 28 September 2025