• Senin, 29 September 2025

Lazismu Metro Sulap Sampah Jadi Rupiah

Senin, 29 September 2025 - 16.20 WIB
23

Walikota Metro, H. Bambang Iman Santoso saat menghadiri kegiatan komunitas gebyar hijau. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Bau menyengat sampah biasanya membuat orang ingin cepat-cepat menyingkir. Tapi di tangan para mustahik binaan Lazismu Kota Metro, sampah justru berubah menjadi peluang emas yang bisa menambah isi dompet.

Inilah semangat baru yang dilahirkan dari program Mustahik Metro Menanam yang telah resmi diluncurkan pada Minggu (28/9/2025) kemarin.

Program tersebut tidak hanya menghadirkan pelatihan pengolahan sampah organik, tetapi juga membekali peserta dengan keterampilan bercocok tanam hortikultura. Singkatnya, apa yang semula dianggap masalah sampah disulap menjadi sumber daya yang menghidupkan.

Di halaman pelatihan yang dipenuhi suara tawa peserta, sejumlah karung berisi sampah organik dibongkar. Bukan untuk dibuang, melainkan diproses menjadi pupuk kompos.

Para peserta, mulai dari ibu rumah tangga hingga pemuda karang taruna, tampak antusias mencoba setiap tahap. Dari memilah sisa dapur, mencampur dengan dedak, hingga memberi cairan bio-aktivator.

“Saya baru tahu kalau sampah bisa dipakai untuk menghasilkan uang. Biasanya ya dibuang begitu saja,” ujar Siti, salah satu peserta, sambil menunjukkan hasil olahan pertamanya, Senin (29/9/2025).

Dari pupuk itulah, peserta diarahkan untuk menanam cabai, tomat, dan sayuran hijau. Tak sekadar teori, mereka langsung mempraktikkan menanam bibit yang kemudian dibawa pulang untuk dikembangkan di rumah.

Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso yang melihat trobosan tersebut memberikan apresiasi. Menurutnya, Lazismu telah memberi inspirasi baru tentang bagaimana masyarakat bisa mandiri tanpa bergantung pada bantuan konsumtif.

"Program ini menjawab dua hal sekaligus: menjaga lingkungan dan memperkuat ekonomi keluarga. Kota Metro butuh inisiatif-inisiatif seperti ini,” ucap Bambang.

Ketua Lazismu Kota Metro, H. Bekti Satriadi, menekankan bahwa Mustahik Metro Menanam bukan sekadar program karitatif. Ia dirancang sebagai gerakan jangka panjang.

"Kami ingin mustahik punya keterampilan produktif. Sampah yang tadinya jadi beban, bisa diolah menjadi modal usaha. Dari sini, kemandirian lahir,” jelas Bekti.

Lazismu bahkan merencanakan pendampingan lanjutan, mulai dari akses pemasaran hasil panen, penguatan koperasi mustahik, hingga membuka jaringan dengan pelaku usaha pupuk organik.

Meski hanya menyediakan kuota 50 orang, panitia kewalahan karena pendaftar membludak. Tak hanya dari Kota Metro, beberapa peserta bahkan datang dari Lampung Tengah dan Lampung Timur.

Atmosfer acara penuh energi positif. Seusai pelatihan, peserta pulang membawa bibit sayuran, paket kompos, serta ide-ide segar tentang bagaimana sampah bisa jadi “tambang baru” di halaman rumah mereka.

Bagi Kota Metro, yang tiap hari menghasilkan puluhan ton sampah, langkah Lazismu ini adalah oase. Ia membuka mata publik bahwa krisis lingkungan bisa diubah menjadi peluang ekonomi jika dikelola dengan kreativitas.

Sampah bukan lagi sekadar tumpukan masalah. Di tangan masyarakat yang terlatih, ia berubah menjadi “rupiah hijau” yang tidak hanya menguatkan dapur, tetapi juga menjaga bumi tetap sehat.

Program ini membuktikan: membuang sampah sembarangan hanya melahirkan masalah, tetapi mengolahnya bisa menumbuhkan harapan. (*)