• Minggu, 05 Oktober 2025

Sunyi di Alas Puri Kota Metro

Sabtu, 04 Oktober 2025 - 08.04 WIB
206

Wisata Alas Puri yang sempat viral di Metro hingga kini belum banyak dikunjungi lantaran kondisi infrastruktur menuju lokasi yang belum memadai. Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Di sudut Kota Metro, tepatnya di Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan berdiri sebuah destinasi wisata malam bernama Alas Puri. Tidak banyak orang yang mengenalnya, meski tempat ini menyimpan konsep unik dan atmosfer berbeda dari deretan kafe modern yang menjamur di pusat kota.

Alas Puri memilih kesunyiannya sendiri. Ia hidup perlahan, mulai pukul 17.00 hingga 23.00 WIB, menjadi ruang alternatif bagi masyarakat yang ingin sejenak melepaskan diri dari bising kota, lampu neon yang menyilaukan, dan deru kendaraan yang memenatkan telinga.

Alas Puri bukan sekadar kafe biasa. Ia hadir dengan sentuhan tradisional, menyuguhkan beragam makanan dan minuman dengan harga hemat, bersahabat dengan kantong pelajar hingga pekerja.

Tetapi bukan menu yang membuatnya berbeda, melainkan atmosfer hening, tenang, bahkan sedikit bernuansa mistis.

Suasana inilah yang menjadikan Alas Puri sebagai destinasi yang lebih dari sekadar tempat nongkrong, ia sebuah pengalaman rasa.

Namun, pengalaman itu hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berani menempuh perjalanan berliku. Akses menuju lokasi tidak ramah bagi pengunjung.

Minim penerangan, jalan berlubang, dan infrastruktur yang tidak terurus menjadi “gerbang ujian” sebelum seseorang bisa menikmati heningnya Alas Puri. Ironis, karena apa artinya destinasi yang estetik bila jalannya penuh dengan jebakan gelap dan lubang.

Baca juga : 5 Tahun Mati Suri Akibat Pandemi, Wisata Alas Puri Reborn Metro Mulai Bangkit

Kondisi ini menunjukkan bahwa ekosistem pariwisata tidak bisa berdiri sendiri. Kreativitas masyarakat, sehebat apa pun, tidak akan pernah maksimal jika tidak dibarengi dengan dukungan infrastruktur dari pemerintah.

Alas Puri adalah contoh kecil tentang bagaimana potensi wisata yang berkonsep apik bisa terhambat hanya karena jalan dan penerangan tidak menjadi prioritas.

Pemerintah Kota Metro, dalam jargon-jargon “Metro Bahagia”-nya, sering menyebut pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan. Tetapi fakta di lapangan memperlihatkan jurang lebar antara visi dan realisasi.

Berapa banyak destinasi wisata berbasis komunitas yang tumbuh di Metro, namun terbengkalai karena aksesnya buruk. Mulai dari jalan berlubang, minim rambu, bahkan penerangan jalan umum yang absen, semua itu menjadikan wisatawan berpikir dua kali sebelum berkunjung.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka Alas Puri akan tetap sunyi. Bukan sunyi yang menenangkan, melainkan sunyi karena ditinggalkan.

Sementara masyarakat pengelola yang sudah berusaha membangun kreativitas hanya bisa mengelus dada. Apakah kehadiran pemerintah hanya sebatas peresmian, potong pita, dan unggahan media sosial?

Pemerintahan Bambang–Rafieq menghadapi pekerjaan rumah besar. Bicara pariwisata bukan hanya soal promosi, baliho, dan festival tahunan.

Bicara pariwisata adalah bicara ekosistem jalan, penerangan, keamanan, dan dukungan regulasi. Tanpa itu semua, destinasi lokal akan selalu kalah oleh kafe franchise, supermarket, atau tempat hiburan di luar kota.

Alas Puri, dengan segala estetikanya, sebenarnya bisa menjadi ikon wisata malam Metro Selatan. Ia bisa menjadi bukti bahwa kota kecil pun mampu menghadirkan ruang wisata dengan keunikan tersendiri. Namun, potensi itu hanya bisa menyala bila pemerintah mau turun tangan, bukan sekadar menonton dari jauh.

Sunyi di Alas Puri adalah cermin, cermin dari wajah pariwisata Metro yang penuh potensi, tetapi masih dibiarkan berjalan sendiri dalam gelap.

Jika Bambang–Rafieq serius ingin membangun pariwisata, maka jawabannya sederhana, mulailah dari hal paling dasar yaitu hadirkan jalan yang layak, penerangan yang cukup, dan keberpihakan nyata kepada masyarakat penggerak wisata.

Sebab pada akhirnya, pariwisata bukan hanya soal tempat indah. Tapi soal keberanian pemerintah untuk menyalakan lampu di jalan yang gelap, agar langkah menuju Alas Puri tidak lagi sekadar perjalanan keheningan, tapi juga perjalanan menuju harapan.

Sebelumnya diberitakan, setelah sekitar lima tahun mati suri akibat pandemi Covid-19, Wisata Alas Puri di Kawasan Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, akhirnya kembali diresmikan ‎Wakil Walikota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, Senin (8/9/2025) malam.

‎Alas Puri sejatinya bukan nama baru dalam peta wisata Kota Metro. Sejak digagas pada 2019, kawasan ini sempat menjadi magnet aktivitas anak muda hingga keluarga. Sayangnya, pandemi membuat geliat wisata ini terhenti total.

‎Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Metro, Tri Hendriyanto menegaskan,Alas Puri kini tak lagi sekadar kawasan wisata biasa, melainkan ruang inovasi yang terus dibenahi.

‎“Alas Puri mulai lagi bergeliat, sebenarnya sudah bergerak dari 2019 tapi sempat berhenti karena Covid. Malam ini Alas Puri Reborn kembali hadir. Bahkan kita sudah daftarkan ke HAKI agar tidak dijiplak orang lain,” kata dia. (*)