• Sabtu, 18 Oktober 2025

Harga Tomat dan Terong Anjlok, Petani di Lampung Barat Merugi

Jumat, 17 Oktober 2025 - 17.02 WIB
17

Para pedagang kebutuhan pokok termasuk Tomat dan Terong saat menjajakan dagangan nya di Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Harga komoditas hortikultura seperti tomat dan terong di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, anjlok dalam sepekan terakhir. Kondisi tersebut membuat para petani terpaksa menjual hasil panen dengan harga rendah, bahkan nyaris tanpa keuntungan.

Di tingkat petani, harga tomat kini hanya berkisar Rp3.500 per kilogram, sedangkan terong ungu turun drastis hingga Rp2.000 per kilogram. Anjloknya harga dua komoditas ini terjadi di tengah melimpahnya hasil panen yang justru membuat petani merugi.

Said, salah satu pedagang di Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, membenarkan bahwa harga dua komoditas tersebut mengalami penurunan signifikan sejak beberapa hari terakhir. Menurutnya, pasokan tomat dan terong dari petani meningkat tajam sehingga mempengaruhi harga jual di pasaran.

“Sekarang kami beli tomat dari petani Rp3.500 per kilo, dan jual ke konsumen antara Rp7.000 sampai Rp8.000 per kilo. Untuk terong ungu, kami ambil dari petani Rp2.000 per kilo, dijual sekitar Rp5.000 di pasar,” ujar Said, kepada wartawan, Jumat (17/10/2025).

Ia menambahkan, pedagang juga menghadapi beban tambahan seperti biaya angkut dan sewa lapak, sehingga tidak bisa menekan harga jual terlalu rendah. “Kami juga menyesuaikan harga agar tetap bisa bertahan di tengah kondisi seperti ini,” katanya.

Di sisi lain, para petani mengaku terpaksa menjual hasil panen mereka meski dengan harga murah agar tidak membusuk di lahan. Pasalnya, tomat dan terong termasuk komoditas yang tidak tahan lama dan sulit disimpan.“Kalau tidak segera dijual, bisa busuk semua. Jadi meskipun harga murah, tetap kami lepas supaya tidak rugi besar,” ujarnya.

Ia menuturkan, biaya tanam, pupuk, dan perawatan cukup tinggi, namun hasil panen kali ini tidak sebanding dengan pengeluaran. Yanti, petani terong dari Pekon Padang Dalom,  menyebut hasil panen tahun ini cukup melimpah, namun tidak bisa dinikmati karena harga yang jatuh bebas. “Panen bagus, tapi harga anjlok. Kalau begini terus, kami petani makin susah balik modal,” keluhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Lampung Barat, Maidar, membenarkan terjadinya penurunan harga tomat dan terong di sejumlah wilayah. Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah melimpahnya pasokan hasil panen yang datang hampir bersamaan dari berbagai daerah.

“Penanaman dilakukan hampir bersamaan di beberapa wilayah, baik di Lampung Barat maupun luar daerah. Akibatnya, stok meningkat dan harga di pasaran menurun,” jelas Maidar.

Ia menambahkan, faktor cuaca yang relatif stabil dalam beberapa bulan terakhir turut mendorong produktivitas tanaman hortikultura, sehingga hasil panen meningkat signifikan. “Cuaca yang mendukung membuat tanaman tumbuh optimal. Tapi dampaknya, pasokan di pasar melimpah dan harga otomatis turun,” terangnya.

Maidar menyebut, situasi ini merupakan fluktuasi alami dalam sektor pertanian, di mana saat panen raya, harga cenderung menurun akibat kelebihan pasokan. “Kami memahami keluhan petani dan sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi agar harga tetap stabil,” ujarnya.

Selain dua komoditas tersebut, harga bahan pangan lain seperti bawang merah dan bawang putih di Pasar Liwa dilaporkan masih stabil. Rohman, salah satu pedagang bawang, mengatakan harga bawang merah berkisar Rp30.000–Rp35.000 per kilogram, sedangkan bawang putih tetap di angka Rp26.000 per kilogram.

“Untuk bawang belum ada perubahan harga, masih stabil seperti biasa,” kata Rohman. Kondisi ini menunjukkan penurunan harga hanya terjadi pada komoditas sayuran dengan tingkat produksi tinggi seperti tomat dan terong.

Para petani berharap pemerintah daerah dapat turun tangan untuk menstabilkan harga komoditas hortikultura tersebut agar mereka tidak terus-menerus mengalami kerugian. “Kami berharap ada kebijakan dari pemerintah supaya harga bisa dikontrol dan petani tidak rugi terus setiap panen,” tutup Amron. (*)