• Sabtu, 18 Oktober 2025

Ki Sujiwo Tejo: Bahasa Lampung Jangan Dibiarkan Punah

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 16.21 WIB
32

Budayawan nasional Ki Sujiwo Tejo. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Pringsewu - Budayawan nasional Ki Sujiwo Tejo menyerukan agar generasi muda Lampung kembali menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa daerahnya.

Pesan itu disampaikan saat tampil dalam Pringsewu Cultural Festival Kapolres Cup II 2025, yang sekaligus menandai peringatan Hari Kebudayaan Nasional (HKN) pertama di Kabupaten Pringsewu, Jumat (17/10/2025) malam.

Menurut dalang nyentrik yang kerap dijuluki 'Presiden Jancukers' ini, bahasa daerah merupakan identitas penting yang tak boleh ditinggalkan.

Ia menilai banyak anak muda Lampung kini kurang percaya diri menggunakan bahasa Lampung, padahal bahasa adalah roh kebudayaan itu sendiri.

"Anak-anak muda Lampung harus mulai bangga lagi berbahasa Lampung, entah Lampung Tengah, Lampung Pesisir, atau Lampung Peminggir. Karena bahasa itu menunjukkan sebuah bangsa, dan cara membunuh sebuah bangsa sangat mudah, bunuhlah bahasanya,” tegas Ki Sujiwo Tejo.

Ia juga mengingatkan bahwa makna Sumpah Pemuda sering disalahartikan. Menurutnya, sumpah itu bukan menyeragamkan bahasa, tetapi menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tanpa menghapus eksistensi bahasa daerah.

"Kita bertanah air satu, berbangsa satu, menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Bukan berarti meninggalkan bahasa ibu,” ujarnya, seperti dikutip dari RRI.co.id.

Baca juga : Ribuan Warga Meriahkan Karnaval Kebudayaan Pringsewu Kultural Festival

Dalam kesempatan tersebut, Ki Sujiwo Tejo juga menampilkan lakon wayang kulit berjudul “Semar Barang Jantur”, sebuah kisah yang diadaptasi dari karya Kapolres Pringsewu AKBP Yunnus Saputra berjudul Jatmara Sai Bumi.

Lakon ini mengandung pesan spiritual dan nilai ketuhanan yang dikemas dengan gaya naratif khas sang dalang.

Penampilan Ki Sujiwo Tejo menjadi penutup meriah rangkaian Pringsewu Cultural Festival yang digelar sejak 15 hingga 17 Oktober.

Festival ini menampilkan berbagai atraksi budaya, mulai dari karnaval ogoh-ogoh, reog ponorogo, barongsai, hingga tari kreasi sembilan suku dan satu etnis di Kabupaten Pringsewu.

Kapolres Pringsewu, AKBP Yunnus Saputra, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk cultural policing atau pendekatan keamanan berbasis budaya.

Tujuannya untuk memperkuat kerukunan dan mempererat hubungan antara aparat kepolisian dengan masyarakat.

"Kami ingin kegiatan ini menjadi ruang bersama untuk menumbuhkan semangat persatuan dalam keberagaman,” ujarnya.

Ki Sujiwo Tejo pun berharap festival kebudayaan seperti ini tak berhenti di Pringsewu saja. Ia mengajak seluruh daerah dan instansi di Indonesia untuk menjadikan kegiatan budaya sebagai “virus positif” yang menular ke seluruh penjuru negeri.

"Gerakan kebudayaan tidak bisa diserahkan hanya kepada masyarakat. Para penguasa dan abdi negara juga harus ikut menyelenggarakan seperti Polres Pringsewu ini,” pungkasnya. (*)