• Minggu, 19 Oktober 2025

Pade Manis dan Suasana Hangat di Jalan Manggis

Minggu, 19 Oktober 2025 - 07.19 WIB
136

Suasana Pade Manis saat malam minggu. Warga menikmati kuliner sambil menonton pertunjukan musik akustik di Jalan Manggis, Yosomulyo, Metro Pusat. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Lampu-lampu gantung berpendar lembut di sepanjang Jalan Manggis, RT 041 RW 013 Kelurahan Yosomulyo, Metro Pusat. Anak-anak berlarian membawa balon, aroma sate dan kopi susu bercampur di udara malam. 

Di panggung kecil ujung jalan, sekelompok pemuda menampilkan pertunjukan tradisional, yaitu wayang kulit dan disambut tepuk tangan pengunjung yang memadati lokasi.

Inilah Pasar Ngede Jalan Manggis, atau akrab disebut Pade Manis. Sebuah singkatan dari Pasar De Jalan Manggis. Sebuah pasar malam kreatif yang kini menjadi ikon ekonomi kerakyatan Kota Metro.

Namun, siapa sangka gerakan ekonomi yang kini beromzet Rp35 juta per malam minggu ini bermula dari sesuatu yang sangat sederhana, yakni permainan gaple di teras rumah warga.

“Dulu warga sering kumpul cuma buat main gaple. Dari situ saya lihat semangat kebersamaan yang luar biasa. Saya pikir, kenapa tidak kita arahkan ke sesuatu yang lebih produktif," kenang Eko Triono, Lurah Yosomulyo saat menceritakan awal mulai berdirinya Pade Manis kepada Kupastuntas.co, Sabtu (18/10/2025) malam. 

Dari ide kecil itu, lahirlah gagasan untuk membuat ruang ekonomi bersama. Pada 12 Agustus 2023, Pade Manis resmi diluncurkan. Dengan hanya 16 pedagang yang bergabung di awal, dengan omzet malam pertama Rp8,6 juta. 

Seiring berjalannya waktu, dua tahun kemudian jumlahnya melonjak menjadi 39 pedagang dan omzet kolektif mencapai Rp35 juta tiap malam akhir pekan, alias malam Minggu. 

"Kami tidak pernah menyangka, dari kumpul main gaple bisa sampai ke titik ini. Semua berawal dari gotong royong,” ujar Eko.

Keberhasilan Pade Manis tak lepas dari kedisiplinan warga menjaga identitas dan kualitas pasar. Sejak awal, semua pedagang menandatangani perjanjian bersama. Aturannya jelas, yaitu setiap jenis makanan hanya boleh dijual maksimal oleh tiga pedagang, agar tidak terjadi perang harga.

Lalu, semua produk wajib bersertifikat halal dan dijual dengan harga terjangkau. Kemudian pedagang wajib menjaga kebersihan, pelayanan, dan keamanan lingkungan.

Menu yang dijajakan beragam, mulai dari jajanan tradisional hingga yang kekinian. Namun yang membedakan Pade Manis dari pasar malam lain adalah suasana kekeluargaan yang terasa dalam setiap interaksi.

“Di sini bukan sekadar jualan. Kami saling bantu, saling jaga. Kalau ada yang sepi, pedagang lain ikut bantu promosikan,” kata Bu Sri, salah satu penjual jajanan. 

Setiap malam minggu, sejak pukul 16.00 hingga 22.00 WIB, Jalan Manggis berubah menjadi panggung kebersamaan. Tidak hanya kuliner, tapi juga hiburan yang berganti tiap pekan, mulai dari hiburan tradisional hingga musik akustik anak muda yang kekinian. 

Bagi warga, Pade Manis bukan cuma tempat jajan, tapi juga ruang ekspresi budaya. "Kami ingin suasana kampung hidup lagi. Hiburan berganti tiap minggu supaya warga tidak bosan. Ada ruang untuk semua, dari anak-anak sampai orang tua,” jelas Eko.

Berbeda dari pasar modern yang berorientasi laba, Pade Manis berdiri di atas semangat gotong royong. Setiap Sabtu sore, para pedagang menata lapak mereka bersama. Setelah pasar usai, semua ikut membersihkan lokasi tanpa perlu diperintah.

Semangat inilah yang membuat Pade Manis menjadi contoh ekonomi kreatif berbasis komunitas. Kini, Pade Manis telah menjelma menjadi identitas baru Selikur D, Yosomulyo. Ia tidak hanya menggerakkan ekonomi warga, tapi juga menghidupkan interaksi sosial yang dulu perlahan hilang.

Dari kegiatan kecil, warga belajar berwirausaha, berorganisasi, hingga memahami manajemen ekonomi sederhana. Pemerintah kelurahan pun terus mendorong pelatihan dan sertifikasi bagi para pedagang agar bisa naik kelas.

Kini, tiap malam minggu, Jalan Manggis selalu ramai. Anak-anak tertawa, pedagang sibuk melayani pelanggan, musik mengalun di panggung sederhana. Dari permainan gaple yang dulu hanya mengisi malam sepi, kini lahir gerakan ekonomi yang menyalakan harapan.

"Pade Manis adalah rumah ekonomi kreatif warga. Kami belajar mengelola, melayani, dan tumbuh bersama. Kalau dulu kumpul cuma buat main gaple, sekarang kumpul untuk hidupin ekonomi,” kata Eko tersenyum.

Dari meja gaple ke meja dagang, dari hobi ke ekonomi, Pade Manis membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari hal kecil asalkan dilakukan bersama. (*)