• Senin, 20 Oktober 2025

Belasan Gajah Liar Dekati Pemukiman, Warga Suoh Diminta Waspada

Senin, 20 Oktober 2025 - 11.34 WIB
34

Detik-detik sejumlah warga saat mengusir kawanan Gajah dengan petasan agar tidak mendekati pemukiman mereka. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Kawanan gajah liar kembali muncul di wilayah Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat. Sebanyak 18 ekor gajah liar dilaporkan memasuki area persawahan warga di Pemangku Sinar Baru, Pekon Suka Marga, pada Minggu pagi (19/10/2025).

Kejadian itu sempat membuat warga panik, lantaran kawanan gajah tersebut bergerak cukup dekat dengan permukiman. Namun, situasi berhasil dikendalikan setelah tim Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh bersama masyarakat setempat melakukan penghalauan secara gotong royong.

Penghalauan dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian, seperti kentongan, petasan, dan bunyi logam untuk mengarahkan kawanan gajah kembali ke kawasan hutan. Berkat kesigapan masyarakat, pergerakan gajah berhasil dikendalikan tanpa menimbulkan kerusakan atau korban.

Pembina Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh, Sugeng Hari Kinaryo Adi, menjelaskan, kawanan gajah tersebut terdiri dari gajah dewasa dan beberapa anak yang keluar dari habitatnya sejak dini hari. Mereka terpantau masuk ke area sawah sekitar pukul 05.00 WIB.

“Dari hasil pemantauan kami, jumlahnya sekitar 18 ekor. Beruntung sawah warga sudah selesai dipanen, jadi tidak ada kerugian yang terjadi,” kata Sugeng, kepada wartawan saat dimonfirmasi, Senin (20/10/2025).

Ia menduga, kawanan gajah keluar dari kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) akibat perubahan cuaca dan keterbatasan pakan alami di dalam hutan. Kondisi itu kerap membuat satwa besar seperti gajah mencari makan ke area terbuka di sekitar permukiman warga.

Menurut Sugeng, proses penghalauan berlangsung sekitar dua jam. Setelah dihalau, kawanan gajah akhirnya bergerak kembali ke arah hutan TNBBS tanpa menunjukkan perilaku agresif.

“Warga sudah cukup berpengalaman menghadapi situasi seperti ini. Mereka tahu bagaimana cara menghalau gajah tanpa melukai satwa dan tanpa menimbulkan kepanikan,” ujarnya.

Sugeng menilai, kemampuan masyarakat Suoh dalam menghadapi konflik satwa liar kini semakin baik berkat pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Satgas Sahabat Satwa dan pihak TNBBS.

Kesadaran bahwa gajah bukan ancaman, tetapi bagian dari ekosistem yang harus dijaga, mulai tumbuh di tengah masyarakat. “Ini bukti bahwa kolaborasi masyarakat dan aparat bisa menjadi kunci dalam mengurangi konflik manusia dan satwa,” jelasnya.

Pihak Satgas juga terus berkoordinasi dengan TNBBS untuk melakukan patroli lanjutan di area perbatasan hutan dan ladang. Tujuannya, memantau pergerakan kawanan gajah agar tidak kembali mendekati area pertanian warga.

“Kami sudah sampaikan laporan kepada pihak TNBBS agar patroli rutin ditingkatkan. Pengawasan ini penting, karena biasanya kawanan gajah akan mencoba mencari jalur lain bila habitatnya kekurangan pakan,” kata Sugeng.

Ia juga mengimbau masyarakat di Pekon Suka Marga dan wilayah sekitar agar tetap waspada, terutama pada malam dan dini hari. Warga diminta segera melapor jika melihat tanda-tanda keberadaan satwa liar di sekitar ladang atau pemukiman.

“Waspada boleh, tapi jangan panik. Kita semua harus tetap menjaga jarak aman dan tidak melakukan tindakan yang bisa memicu agresivitas satwa,” imbau Sugeng.

Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh menegaskan akan terus mendampingi warga yang tinggal di wilayah rawan konflik satwa. Upaya edukasi dan sosialisasi juga terus dilakukan agar masyarakat semakin paham pentingnya hidup berdampingan secara harmonis dengan satwa liar.

“Kami ingin memastikan masyarakat bisa aman beraktivitas, dan satwa pun tetap terlindungi di habitatnya,” tutupnya. (*)