• Kamis, 23 Oktober 2025

Momentum Hari Santri, Maulidah: Pemerintah Harus Perkuat Dukungan untuk Pesantren

Rabu, 22 Oktober 2025 - 20.09 WIB
45

‎Wakil Ketua DPRD Lampung, Maulidah, Foto: ist

‎Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 menjadi momentum penting untuk kembali meneguhkan arti pesantren bagi kehidupan berbangsa. Bukan sekadar lembaga pendidikan, pesantren telah lama menjadi sumber cahaya moral, tempat lahirnya generasi berilmu, berakhlak, dan berjiwa cinta tanah air.

‎Wakil Ketua DPRD Provinsi Lampung, Maulidah, mengingatkan bahwa pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap keberadaan pesantren.

Perhatian tersebut, kata dia, harus diwujudkan melalui penguatan regulasi, alokasi anggaran yang memadai, serta pemberdayaan di bidang pendidikan, ekonomi, dan digitalisasi.

‎“Sejak dahulu pesantren menjadi benteng moral yang menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Di tengah derasnya arus modernisasi, pesantren tetap teguh menjaga tradisi dan kearifan yang diwariskan para ulama,” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (22/10/2025).

‎Selain itu, ia mengatakan pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren yang disebut sebagai kado hari santri dari Presiden Prabowo, merupakan bentuk perhatian nyata negara terhadap perkembangan dan kemandirian pesantren.

‎“Adanya Ditjen Pesantren diharapkan dapat menjadi wujud dukungan pemerintah agar perhatian terhadap pengembangan pesantren dapat dilakukan secara lebih spesifik dan menyeluruh,” tambahnya.

‎Sebagai seseorang yang tumbuh dan besar di lingkungan pesantren, Maulidah mengaku memiliki kedekatan emosional yang mendalam terhadap dunia santri.

‎“Bagi saya, pesantren bukan sekadar tempat menuntut ilmu, melainkan rumah bagi jiwa. Di sanalah makna ketulusan, kesabaran, dan perjuangan terbentuk. Karena itu, sudah sepatutnya pemerintah memastikan pesantren mendapatkan perhatian yang proporsional dalam setiap kebijakan pembangunan,” tutur anggota Fraksi PKB DPRD Lampung tersebut.

‎Ia menilai, pesantren hari ini menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks dibandingkan masa lalu, mulai dari keterbatasan sarana, keterhubungan teknologi, hingga kebutuhan akan kemandirian ekonomi.

‎“Pesantren perlu dukungan nyata agar mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan ruh dan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya,” tegasnya.

‎Lebih lanjut, Maulidah mengingatkan bahwa Hari Santri Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan panggilan untuk merenungi kembali semangat Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, ketika para ulama dan santri berkorban demi mempertahankan kemerdekaan bangsa.

‎“Sejak masa perjuangan hingga hari ini, santri selalu hadir memberikan warna bagi perjalanan Indonesia. Mereka bukan hanya penjaga iman, tetapi juga penjaga persatuan dan kemanusiaan. Kini, santri dituntut menjadi pelopor perubahan, termasuk dalam dunia digital dan sosial,” ungkapnya.

‎Ia menutup pernyataannya dengan mengatakan, santri hari ini adalah wajah masa depan bangsa. Mereka bukan hanya pejuang ilmu, tetapi juga penjaga nilai, moral, dan persaudaraan. Semangat santri harus terus menyala menjadi penerang di tengah gelapnya zaman. (*)