• Sabtu, 25 Oktober 2025

Baru Selesai Dibangun, Proyek Beronjong di Hantatai Lampung Barat Mulai Rusak dan Tak Berfungsi

Jumat, 24 Oktober 2025 - 13.52 WIB
31

Penampakan proyek beronjong di Pekon (Desa) Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat yang digadang-gadang sebagai penahan banjir namun kini menuai keluhan warga. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Proyek pemasangan beronjong di Pekon (Desa) Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat, kembali menjadi sorotan warga. Pasalnya, meski baru beberapa waktu selesai dikerjakan, kondisi beronjong di sejumlah titik sudah tampak mengalami kerusakan dan dinilai belum memberikan manfaat maksimal sebagai penahan banjir di area persawahan masyarakat.

Berdasarkan pantauan Kupastuntas.co, sejumlah beronjong yang dibangun di sepanjang aliran sungai setempat terlihat mulai miring dan mengalami kerusakan. Beberapa bagian kawat penahan batu bahkan sudah terlepas, memperlihatkan material di dalamnya yang tampak tidak kokoh.

Pada beberapa titik, warga terlihat menambahkan tembok darurat untuk menahan air agar tidak masuk ke lahan sawah mereka. Langkah tersebut terpaksa dilakukan karena banjir masih kerap meluap dan menggenangi area pertanian, meskipun proyek beronjong sudah rampung dikerjakan.

Kondisi ini semakin memunculkan tanda tanya atas mutu pekerjaan proyek tersebut. Terlebih, sejak awal pelaksanaan, penggunaan batu bulat dalam susunan beronjong diduga menjadi penyebab utama cepatnya konstruksi itu mengalami kerusakan.

Dari pengamatan di lapangan, tampak beberapa bagian beronjong dilapisi dengan batu belah. Namun, batu bulat yang digunakan sebelumnya masih terlihat jelas di bagian dalam, memperlihatkan ketidaksesuaian material dengan standar teknis pembangunan beronjong.

Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, banjir yang menerjang kawasan tersebut masih menjadi persoalan tahunan. Meski intensitasnya berkurang, air tetap masuk ke sawah setiap kali curah hujan tinggi mengguyur wilayah itu.

“Sekarang memang tidak separah dulu, tapi setiap kali banjir datang, air tetap masuk ke sawah. Bahkan bukan cuma air, batu-batu dari arah sungai juga ikut masuk,” ujarnya, Jumat (24/10/2025).

Warga itu menilai, pekerjaan beronjong tersebut tidak maksimal karena belum menjadi solusi konkret bagi permasalahan petani di Pekon Hantatai. Ia menyebut, sejak awal, warga sudah menyoroti penggunaan material batu bulat yang dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.

“Dari awal kami sudah lihat batunya itu batu bulat dari sungai, bukan batu belah. Harusnya kalau mau kuat dan nahan arus, pakai batu belah. Tapi ini malah cepat rusak,” katanya.

Proyek beronjong di Pekon Hantatai tersebut merupakan bagian dari pekerjaan Rehabilitasi Jembatan Koridor 13 dengan nomor kontrak 01/KTR/JBT/RHB-JK13/V.03/VII/2025. Kontrak proyek itu ditandatangani pada 18 Juni 2025 dengan jangka waktu pengerjaan selama 90 hari kalender.

Anggaran proyek bersumber dari Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung dengan nilai mencapai Rp987 juta. Pekerjaan ini mencakup tiga lokasi, yakni Jembatan Sebatuan Lunik, Jembatan Tembelang Lunik, dan Jembatan Hantatai.

Di Jembatan Sebatuan Lunik, kegiatan proyek meliputi penggantian base, patching, pengaspalan, pengecatan, serta pembersihan. Sementara di Jembatan Tembelang Lunik terdapat pembangunan drainase, talud, dan pembersihan aliran jembatan. Adapun di Jembatan Hantatai, fokus pekerjaan adalah pemasangan beronjong di sepanjang aliran sungai yang berbatasan langsung dengan lahan persawahan warga.

Meski memiliki nilai kontrak cukup besar, proyek yang dikerjakan oleh CV Bunga Mutiara itu sejak awal pelaksanaan sudah menuai sorotan publik. Tidak adanya papan informasi proyek di lokasi menjadi pertanyaan besar masyarakat karena dinilai mengabaikan prinsip keterbukaan publik sebagaimana diatur dalam regulasi.

Sorotan juga datang terkait kualitas material yang digunakan. Sejumlah warga menyebut, selain material tidak sesuai spesifikasi, proses penataan batu dan pemasangan kawat penahan juga terlihat tidak rapi. Akibatnya, saat arus sungai meningkat, tekanan air membuat sebagian beronjong bergeser dan rusak.

Warga berharap pemerintah daerah maupun pihak Dinas BMBK Provinsi Lampung dapat segera meninjau kembali hasil pekerjaan proyek tersebut. Mereka menilai, jika tidak segera diperbaiki, kerusakan beronjong akan semakin parah dan berdampak pada rusaknya lahan pertanian masyarakat.

“Kalau dibiarkan terus, nanti setiap kali hujan besar sawah kami pasti tergenang lagi. Kami cuma minta proyek diperbaiki supaya benar-benar bisa menahan air,” pungkas warga tersebut. (*)