• Minggu, 26 Oktober 2025

Polisi Selidiki Tewasnya Pekerja Terlindas Alat Berat di Lampung Tengah

Minggu, 26 Oktober 2025 - 14.56 WIB
27

Polisi Selidiki Tewasnya Pekerja Terlindas Alat Berat di Lampung Tengah. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Lampung Tengah - Suara mesin pabrik masih menderu sore itu, namun langkah Sri Joko Susilo (49) terhenti di antara riuh roda dan bau tepung singkong yang beterbangan.

Tak ada yang menyangka, Rabu (22/10/2025) menjadi hari terakhir bagi pria yang dikenal tekun dan pendiam itu.

Sri Joko, pekerja di Pabrik Bukit Kencana Mas, Kampung Sukajadi, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah, tewas tragis setelah terlindas alat berat jenis shovel di area kerja.

Dalam rekaman CCTV berdurasi 63 detik, tubuhnya terlihat mendorong gerobak sorong berisi tepung tapioka menuju gudang, sebelum shovel besar melintas dari arah depan.

Diduga pengemudi alat berat tidak menyadari keberadaan Sri Joko karena pandangan tertutup bucket. Dalam hitungan detik, gerobak terjungkal dan tubuhnya terlindas ban berdiameter besar yang tak sempat berhenti.

Beberapa rekan kerja yang melihat kejadian itu hanya bisa terpaku sebelum akhirnya berlari mendekat.

Kasatreskrim Polres Lampung Tengah, AKP Devrat Aolia Arfan, membenarkan insiden tersebut. 

“Korban meninggal di lokasi. Sopir alat berat, berinisial PO (55), sudah kami amankan untuk dimintai keterangan. Kasus ini masih dalam penyelidikan,” ujarnya, Sabtu (25/10/2025).

Menurut keterangan saksi, sebelum kejadian korban tampak bekerja seperti biasa. Tidak ada pertengkaran, tidak ada keluhan.

Hanya rutinitas yang kemudian berubah menjadi malapetaka. Petugas kepolisian kini juga tengah memeriksa kemungkinan adanya kelalaian prosedur keselamatan kerja di area pabrik.

Kasi Humas Polres Lampung Tengah, AKP Yakub Samsudin, menegaskan bahwa penyelidikan dilakukan secara menyeluruh.

"Kami menganalisa apakah ini murni kelalaian individu atau ada kekurangan prosedur dari pihak perusahaan,” katanya.

Sri Joko dikenal sebagai sosok pekerja rajin di kalangan rekan-rekannya. Ia sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari pabrik pengolahan singkong itu.

Di rumahnya di Kampung Bumi Raharjo, istri dan dua anaknya kini hanya bisa menatap kosong ke arah pintu yang tak lagi diketuk oleh tangan ayah mereka.

Sebuah peristiwa yang menjadi pengingat bahwa di balik roda industri dan hiruk pikuk pabrik, ada nyawa manusia yang setiap hari berjibaku dengan risiko.

Tragedi ini seakan menjadi pesan sunyi agar keselamatan kerja tidak lagi sekadar formalitas di atas kertas, tapi benar-benar dijaga, sebelum ada korban berikutnya. (*)