• Kamis, 06 November 2025

BPBD: Lampung Barat Berpotensi Terkena Dampak Megathrust, Warga Harus Waspada

Kamis, 06 November 2025 - 14.11 WIB
22

Kepala Pelaksana BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana megathrust, yang dapat berdampak langsung ke wilayah setempat.

Peringatan tersebut disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (6/11/2025). Ia menegaskan bahwa potensi megathrust bukan sekadar isu, melainkan ancaman nyata yang perlu diantisipasi bersama oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Rekan-rekan mungkin sudah melihat pernyataan dari Kepala BPBD Provinsi Lampung bahwa megathrust berpotensi mengancam lima kabupaten, yaitu Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, dan Pesisir Barat,” ujar Padang Priyo.

Namun demikian, lanjutnya, Kabupaten Lampung Barat juga memiliki potensi kuat untuk terkena dampak jika megathrust benar-benar terjadi. Wilayah ini berada di posisi yang rawan terhadap pergerakan sesar dan aktivitas tektonik di laut.

“Lampung Barat tidak bisa menganggap dirinya aman. Kita berada di atas Sesar Besar Sumatera (SBS), tepatnya Sesar Semangko. Jika terjadi megathrust di laut, tumbukan antar lempeng bisa memicu pergerakan daratan di wilayah kita,” jelasnya.

Padang Priyo menyebut, Bupati Lampung Barat telah sejak lama memberi perhatian serius terhadap potensi bencana geologi ini. Pemerintah daerah tengah memperkuat langkah mitigasi dan kesiapsiagaan di berbagai sektor.

“Bupati telah mencanangkan Lampung Barat sebagai Kabupaten Tangguh Bencana. Upaya mitigasi dilakukan mulai dari tingkat pekon atau desa, termasuk peningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan sarana publik agar masyarakat lebih siap menghadapi situasi darurat,” paparnya.

Ia menilai penting bagi masyarakat untuk belajar dari sejarah bencana di Lampung Barat. Dua peristiwa besar, yaitu gempa Suoh 1933 dan gempa Liwa 1994 yang berkekuatan 6,8 magnitudo, menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapsiagaan.

“Kalau boleh dianalogikan, masyarakat kita sudah menghadapi dua ‘perang besar’. Jika megathrust terjadi, itu bisa dianggap ‘perang ketiga’. Karena itu, masyarakat harus tahu langkah penyelamatan diri dan memiliki kesiapan mental menghadapi bencana,” ungkapnya.

Untuk memperkuat kesiapsiagaan, BPBD kini tengah menyiapkan berbagai instrumen pendukung, termasuk penerapan safety briefing di gedung pemerintahan, dunia usaha, dan tempat publik seperti mal pelayanan.

Menurutnya, hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa gempa besar dengan skala megathrust memiliki periode ulang antara 30 hingga 100 tahun, artinya potensi terjadinya gempa besar selalu ada dan bisa muncul kapan saja.

“Kita memang tidak bisa memprediksi waktu terjadinya, tapi yang bisa dilakukan adalah bersiap sejak dini. Kesiapsiagaan masyarakat adalah benteng pertama dalam menghadapi bencana,” ujarnya.

Padang Priyo juga mengungkapkan, berdasarkan kajian risiko bencana daerah, terdapat delapan jenis bencana dengan risiko tinggi di Lampung Barat, termasuk gempa bumi, tanah longsor, dan banjir.

“Gempa Suoh dulu kekuatannya hampir mencapai 8 magnitudo, sekitar 7,8 atau 7,9. Jadi kita harus benar-benar siap. Lampung ini termasuk ke dalam dua zona megathrust, yakni zona Enggano dan zona Selat Sunda,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa peringatan mengenai megathrust ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, tetapi untuk membangun kesadaran bersama agar masyarakat lebih tangguh menghadapi potensi bencana.

“Kita tidak tahu kapan megathrust akan terjadi, tapi kita bisa menyiapkan diri dari sekarang. Kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk menyelamatkan diri dan meminimalkan dampaknya,” tutup Padang Priyo. (*)