Berteduh di Tengah Cuaca Ekstrem
Berteduh di Tengah Cuaca Ekstrem. Foto: Ilustrasi_AI
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Malam itu, suara gemuruh angin terdengar seperti deru pesawat yang terbang rendah. Atap-atap rumah bergetar, genteng beterbangan, dan suara kayu patah memecah keheningan di Desa Tri Karya Mulya, Mesuji.
Dalam hitungan menit, angin kencang merobohkan rumah-rumah warga, meninggalkan kepanikan dan puing-puing yang berserakan.
Bukan hanya Mesuji, tapi lima kabupaten lain di Provinsi Lampung turut merasakan amukan angin sejak awal November ini.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung, sedikitnya 144 rumah warga rusak akibat cuaca ekstrem.
Dari jumlah itu, 27 rumah rusak berat, 28 rusak sedang, dan 89 rusak ringan. Beruntung, tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Wahyu Hidayat, Analis Bencana BPBD Provinsi Lampung, menyebut angin kencang kali ini menjadi salah satu yang terluas dampaknya sepanjang tahun 2025.
"Enam kabupaten terdampak, yang terbaru di Mesuji. Kami terus memantau kondisi cuaca karena potensi angin kencang masih bisa terjadi,” ujar Wahyu, pada Sabtu (08/11/2025).
Di Lampung Timur, sebuah rumah sederhana roboh setelah tiang penyangga tak kuat menahan terjangan angin. Sementara di Pesawaran, belasan rumah warga di daerah pesisir kehilangan atapnya.
Di Tulang Bawang Barat, beberapa keluarga masih bertahan di rumah-rumah sementara dari terpal dan bambu. Mereka berharap bantuan perbaikan segera datang sebelum hujan lebat kembali mengguyur.
"Angin datang tiba-tiba, genteng beterbangan, anak-anak menangis. Kami hanya bisa lari keluar rumah,” kata Siti (42), warga Pesawaran, menceritakan detik-detik rumahnya diterpa badai.
Kini ia dan keluarganya tinggal sementara di rumah kerabat sambil menunggu bantuan material dari pemerintah daerah.
BPBD mencatat, peristiwa angin kencang terjadi hampir setiap hari sejak 1 November lalu. Kabupaten Way Kanan, Lampung Tengah, dan Tulang Bawang Barat menjadi daerah dengan kerusakan terparah.
Di Lampung Tengah, sedikitnya 39 rumah warga mengalami kerusakan akibat terpaan angin yang datang bersamaan dengan hujan deras.
Menurut Wahyu, fenomena ini merupakan bagian dari peralihan musim menuju fase hidrometeorologi basah.
"Cuaca ekstrem seperti angin kencang, petir, dan hujan lebat sering terjadi di masa peralihan seperti sekarang. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap bangunan yang sudah rapuh atau berdiri di area terbuka,” jelasnya.
Kini, di tengah puing-puing dan genteng berserakan, warga berusaha bangkit. Mereka bergotong royong memperbaiki rumah yang rusak sambil menatap langit yang masih kelabu.
Hujan bisa datang kapan saja, tapi semangat warga untuk bertahan tetap menyala, sekuat akar pepohonan yang mencoba berdiri di tengah badai. (*)
Berita Lainnya
-
Asa Koperasi Merah Putih dari Titik Nol
Sabtu, 20 September 2025 -
Kuasa Hukum dan Pengurus TKBM Pelabuhan Panjang Sambangi Kantor Disnaker Lampung
Senin, 05 Agustus 2024 -
Nuwa Buka Lowongan untuk Posisi Nuwa Motoris, Peluang Kerja Menjanjikan di Lampung
Jumat, 05 Juli 2024 -
Pilu Ibu, Anak Semata Wayang Ditunggu 9 Tahun Meninggal di Taiwan
Minggu, 28 April 2024









