Rekor MURI 1.500 Penari dan Satu Harapan Lampung Selatan
Rekor MURI 1.500 Penari dan Satu Harapan Lampung Selatan. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Lapangan Korpri di Kalianda berubah menjadi lautan warna dan irama saat 1.500 pelajar dari berbagai sekolah di Lampung Selatan menari dalam keserempakan yang memukau, Minggu (16/11/2025).
Bukan sekadar pertunjukan, momen itu menjadi babak baru sejarah budaya daerah setelah Pagelaran Tari Tuping 12 Wajah resmi mencatatkan Rekor Dunia MURI sebagai pagelaran tari tuping oleh penari terbanyak.
Di antara denting gamolan dan tepukan kaki para penari, terpancar kebanggaan yang sulit terlukiskan.
Sejak musik pertama dimainkan, wajah-wajah muda itu seolah menyatu dengan topeng yang mereka kenakan.
Gerakan yang teratur, dentuman irama tradisional, serta semangat yang mengalir dari ribuan penari menciptakan suasana yang membuat banyak penonton menahan napas.
Di tribun, warga terlihat saling berpegangan tangan, seakan tak ingin melewatkan satu detik pun dari peristiwa bersejarah itu.
Puncak acara terjadi saat piagam MURI diserahkan kepada Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama, yang berdiri berdampingan dengan Zita Anjani selaku Ketua TP PKK dan Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata.
Sorak tepuk tangan menggema, bukan hanya karena sebuah rekor dipecahkan, melainkan karena masyarakat menyaksikan bahwa budaya mereka telah naik panggung dunia di hadapan para tokoh nasional yang hadir.
Kekaguman juga datang dari Menko Pangan Zulkifli Hasan. Suaranya bergetar ketika menyebut bahwa pagelaran itu bukan hanya besar, tetapi melampaui sejarah.
Baginya, ribuan penari itu menghadirkan kembali semangat para pendekar Lampung seperti Radin Inten II, yang menggunakan topeng bukan sekadar untuk menutupi wajah, tetapi untuk menegaskan keberanian dan kehormatan.
Tari Tuping 12 Wajah sendiri memang menyimpan makna mendalam. Kisah dua belas pendekar yang menjadi inspirasinya kini hidup kembali melalui ribuan pelajar yang menari dengan energi yang tidak dibuat-buat.
Mereka bukan hanya menggerakkan tangan dan kaki, tetapi menyampaikan pesan: bahwa budaya Lampung Selatan tidak hanya diwariskan, tetapi dijaga dan dirayakan bersama.
Di balik panggung, Bupati Radityo Egi Pratama tampak beberapa kali menyeka mata. Ia mengakui bahwa melihat anak-anak muda tampil begitu megah membuatnya terharu.
Rekor MURI ini, katanya, bukan akhir, tetapi awal komitmen untuk terus mengangkat identitas budaya daerah agar dikenal lebih luas. Baginya, 1.500 penari hari itu adalah wajah masa depan Lampung Selatan yang penuh keyakinan.
Malam harinya, suasana Lapangan Korpri kembali berdenyut dalam penutupan Lamsel Fest 2025. Ribuan warga memadati area sejak sore, menikmati alunan musik, pawai budaya, serta berbagai penampilan yang menambah kesan magis setelah pencapaian besar pagi harinya.
Lampu ponsel yang menyala saat lagu “Tabola Bale” dinyanyikan membuat langit Kalianda berkilau seperti dipenuhi bintang.
Menutup gelaran, Egi memberikan isyarat bahwa tahun berikutnya Lampung Selatan akan kembali menghadirkan hiburan yang lebih besar.
Ia menyebut kemungkinan menghadirkan Sheila On 7 pada Lamsel Fest 2026, yang langsung disambut sorakan warga.
Di tengah riuh itu, satu hal yang pasti: rekor MURI yang tercipta hari itu bukan hanya catatan angka, tetapi bukti bahwa Lampung Selatan sedang bergerak dengan keyakinan, budaya, dan mimpi yang terus tumbuh. (*)
Berita Lainnya
-
Polres Lampung Selatan Mulai Operasi Zebra Krakatau 2025, Fokus Balap Liar dan Knalpot Brong
Senin, 17 November 2025 -
Badan Karantina Lampung Gagalkan Penyelundupan 467 Burung Liar di Bakauheni
Minggu, 16 November 2025 -
Dibuka Aksi Jetski Utusan Khusus Presiden, Lamsel Fest 2025 Jadi Ajang Tingkatkan UMKM dan Wisata
Sabtu, 15 November 2025 -
HUT Lampung Selatan ke-69, Polisi Terapkan Rekayasa Lalu Lintas Selama Tiga Hari
Jumat, 14 November 2025









