• Senin, 15 Desember 2025

Antrean Panjang Penyeberangan Merak–Bakauheni, Pakar Nilai Penambahan Dermaga Jadi Solusi Utama

Senin, 15 Desember 2025 - 16.05 WIB
29

Pakar transportasi dari Institut Teknologi Sumatera (Itera), Muhammad Abi Berkah Nadi. Foto: Ist.

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kemacetan panjang yang kerap terjadi di lintasan penyeberangan Merak–Bakauheni saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) maupun Lebaran dinilai bukan disebabkan kekurangan armada kapal, melainkan persoalan mendasar pada infrastruktur pelabuhan, khususnya keterbatasan jumlah dan kualitas dermaga.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) yang menilai negara belum optimal menyiapkan infrastruktur pelabuhan.

Ketua Umum DPP Gapasdap, Khoiri Soetomo, menegaskan bahwa kapal yang tersedia justru sudah berlebih, namun tidak dapat dimaksimalkan karena keterbatasan dermaga.

Menanggapi kondisi itu, pakar transportasi dari Institut Teknologi Sumatera (Itera), Muhammad Abi Berkah Nadi, menjelaskan bahwa lonjakan arus kendaraan pada musim liburan berskala nasional memang jauh melampaui kapasitas normal pelabuhan.

"Jika kita melihat pergerakan arus mudik Lebaran maupun Nataru, lonjakan kendaraan dari Sumatera ke Jawa ataupun sebaliknya sangat drastis. Volume ini jauh melebihi kondisi harian normal pelabuhan,” kata Abi, Senin (15/12/2025).

Menurutnya, peningkatan antusias masyarakat menggunakan jasa penyeberangan tidak diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur dermaga. Akibatnya, meskipun jumlah kapal relatif mencukupi, proses bongkar muat dan sandar kapal menjadi tersendat.

"Masalah utamanya adalah ketidakseimbangan antara jumlah kapal dan ketersediaan dermaga. Kapal harus menunggu lama untuk bersandar, begitu juga kendaraan yang mengantre untuk naik kapal. Ini yang kemudian memicu penumpukan dan kemacetan panjang,” jelasnya.

Abi menambahkan, keterbatasan dermaga berdampak langsung pada waktu tunggu penumpang dan kendaraan. Keluhan masyarakat yang harus berjam-jam bahkan berhari-hari menunggu penyeberangan menjadi konsekuensi dari infrastruktur yang belum memadai.

Ia mengakui, dalam jangka pendek pemerintah telah melakukan sejumlah skema antisipasi, salah satunya dengan membuka pelabuhan alternatif di Panjang, Lampung, untuk membantu mengurai kepadatan di Bakauheni.

"Langkah membuka pelabuhan Panjang cukup membantu dalam kondisi darurat atau puncak arus. Namun ini sifatnya sementara. Untuk jangka panjang, solusi utamanya tetap pada penambahan dan peningkatan kualitas infrastruktur dermaga,” tegas Abi.

Menurut Abi, penambahan dermaga baru akan memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan antrean, baik bagi kendaraan yang akan menyeberang maupun kapal yang menunggu giliran sandar. Dengan sistem sandar yang lebih lancar, waktu tunggu dapat ditekan dan arus penyeberangan menjadi lebih efisien.

"Penambahan dermaga bukan hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas. Dermaga yang lebih modern dan memadai akan meningkatkan kecepatan bongkar muat, sehingga kapasitas pelayanan pelabuhan bisa optimal, terutama saat musim puncak,” pungkasnya.

Ia berharap pemerintah pusat dan daerah dapat menjadikan persoalan ini sebagai prioritas, mengingat lintasan Merak–Bakauheni merupakan jalur vital penghubung Sumatera dan Jawa yang memiliki peran strategis bagi mobilitas masyarakat dan distribusi logistik nasional. (*)