• Rabu, 17 Desember 2025

‎Tekankan Kampus Berdampak, Kepala LLDIKTI Wilayah II Dorong UTI Perkuat Hilirisasi dan Pengabdian Masyarakat

Rabu, 17 Desember 2025 - 20.26 WIB
11

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, saat menghadiri Wisuda Periode II Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Rabu (17/12/2025). Foto: Ist.

‎Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, M.Sc., menegaskan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

‎Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Wisuda Periode II Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Rabu (17/12/2025).

‎Dalam sambutannya, Prof. Iskhaq menguraikan makna mendalam yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya cita-cita para pendiri bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurutnya, amanat konstitusi tersebut menjadi fondasi utama arah kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia.

‎“Di dalam mukadimah UUD 1945 disebutkan tujuan negara, mulai dari melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, hingga ikut menjaga ketertiban dunia. Itu yang menjadi ruh pendidikan tinggi,” ujarnya.

‎Ia menjelaskan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan pengembangannya melalui Mata Kuliah Penguatan Karakter Nasional (MPKN) menitikberatkan pada transformasi internal mahasiswa, baik dari sisi tata kelola, kualitas sumber daya manusia, maupun proses pembelajaran.

‎Sementara itu, konsep kampus berdampak diarahkan pada kontribusi eksternal perguruan tinggi terhadap masyarakat dan dunia usaha.

‎“Kampus berdampak itu tujuannya keluar, memberikan manfaat nyata bagi stakeholder, baik masyarakat sekitar kampus maupun industri dan pelaku usaha,” jelas Prof. Iskhaq.

‎Menurutnya, sejatinya perguruan tinggi telah lama memberikan dampak melalui pelaksanaan tridharma, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Namun kini, dampak tersebut diperkuat dengan indikator yang lebih terstruktur dan terukur, termasuk dalam bidang penelitian.

‎Ia mencontohkan, penelitian diharapkan tidak berhenti pada publikasi, tetapi mampu dihilirisasi dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

“Tidak harus teknologi supercanggih. Teknologi tepat guna yang memecahkan masalah juga sangat bernilai. Di Lampung misalnya, pengolahan keripik pisang, mulai dari proses pengeringan hingga pengemasan,” ungkapnya.

‎Selain penelitian, Prof. Iskhaq juga menyoroti pentingnya pengabdian masyarakat yang berkelanjutan, seperti program penanganan stunting.

Menurutnya, persoalan stunting tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat, sehingga membutuhkan pendampingan jangka panjang yang konsisten.

‎“Kampus bisa mengintegrasikan itu melalui KKN tematik yang dilakukan secara reguler dan berkesinambungan,” tambahnya.

‎Ia mengapresiasi Universitas Teknokrat Indonesia yang dinilai telah aktif melakukan pendampingan di berbagai wilayah di Lampung, baik dalam bentuk pemberdayaan masyarakat maupun penerapan teknologi tepat guna.

‎“UTI sudah berada di jalur yang benar. Tinggal bagaimana program-program tersebut terus diperkuat agar dampaknya semakin dirasakan masyarakat,” pungkas Prof. Iskhaq. (*)