Ibu, Aku Ingin Pulang, Oleh: Arby Pratama
Foto : Ilustrasi_AI.
Kupastuntas.co, Metro - Hari Ibu seharusnya menjadi ruang perenungan paling sunyi bagi kekuasaan. Ia bukan sekadar perayaan simbolik, bukan hanya panggung seremoni penuh bunga dan spanduk ucapan.
Hari Ibu adalah pengingat tentang asal-usul dan tentang nilai, etika, dan kebijaksanaan yang pertama kali ditanamkan sebelum manusia mengenal jabatan, anggaran, dan kekuasaan.
Namun di Kota Metro, Hari Ibu justru datang di tengah suasana kota yang gaduh oleh ambisi. Kota bergerak, tetapi arah geraknya kian kabur.
Pembangunan berlangsung, tetapi keadilan terasa tertinggal.
Di balik rapat-rapat resmi dan laporan keberhasilan, muncul wajah lain dari dinamika perkotaan, yaitu dugaan upaya pengkotak-kotakan, pembenaran kekuasaan, dan praktik akumulasi yang menjauh dari kepentingan publik.
Di sinilah kalimat itu menemukan maknanya yang paling politis, “Ibu, aku ingin pulang". Dalam filsafat sosial, kota adalah ibu bagi warganya.
Ia memberi ruang hidup, harapan, dan perlindungan. Tetapi ibu akan terluka jika anak-anaknya hanya datang untuk mengambil, bukan merawat.
Hari ini, sebagian elite di Kota Metro justru terlihat sibuk membangun tembok-tembok tak kasatmata antara “kami” dan “mereka”, antara yang dianggap sejalan dan yang harus disisihkan.
Politik tak lagi sepenuhnya menjadi alat pengabdian, melainkan instrumen untuk mencari pembenaran dan mengamankan kepentingan sempit.
Ironisnya, semua itu dibungkus dengan bahasa pembangunan dan stabilitas. Di tingkat bawah, kehidupan masyarakat kota berjalan dalam tekanan nyata.
Harga kebutuhan pokok yang fluktuatif, ruang ekonomi kecil yang makin sempit, serta akses kebijakan yang tak selalu berpihak pada warga biasa.
Sementara itu, di tingkat atas, kekuasaan terlihat semakin nyaman dengan rutinitas seremonial dan kompromi elite. Ketimpangan ini bukan sekadar persoalan ekonomi, tetapi krisis moral kepemimpinan.
Tokoh perempuan Kota Metro, Anna Morinda, pernah mengingatkan dengan tegas bahwa kekuasaan yang kehilangan empati akan kehilangan legitimasi rakyatnya.
“Kepemimpinan sejati itu bukan soal menguasai sistem, tetapi soal menjaga nurani. Kalau nurani pemimpin mati, maka kebijakan sebaik apa pun hanya akan melukai rakyatnya,” ujar Anna Morinda pada beberapa kesempatan yang lalu.
Pernyataan itu terasa relevan hari ini. Sebab persoalan Metro bukan ketiadaan program, melainkan keberanian untuk berlaku adil dan jujur dalam menjalankannya.
Hari Ibu seharusnya menjadi alarm keras bagi Kepala dan Wakil Kepala Daerah. Sudah hampir setahun kekuasaan berjalan jauh dari nilai-nilai keibuan yang penuh ketulusan, keberanian melindungi yang lemah, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
“Pulang” bukan berarti mundur. Pulang adalah keberanian untuk berhenti sejenak, meminta nasihat, dan mengingat kembali untuk siapa kekuasaan itu dijalankan. Anna Morinda menegaskan bahwa politik yang sehat selalu berangkat dari kesadaran moral.
“Pemimpin yang baik itu seperti ibu, ia tegas, tetapi tidak rakus. Ia kuat, tetapi tidak tega. Dan ia selalu menempatkan kepentingan banyak orang di atas kepentingan dirinya sendiri,” katanya.
Kota Metro tidak membutuhkan pemimpin yang sibuk menghitung loyalitas, apalagi menumpuk kekayaan dengan dalih kekuasaan.
Kota ini membutuhkan pemimpin yang mampu melampaui sekat, merangkul perbedaan, dan berani menghentikan praktik-praktik yang mencederai rasa keadilan.
Pengkotak-kotakan hanya akan melahirkan ketakutan. Ketakutan melahirkan kepatuhan semu. Dan kepatuhan semu adalah musuh utama demokrasi lokal. Hari Ibu mengajarkan satu hal penting, kekuasaan tanpa cinta hanya akan melahirkan luka.
“Ibu, aku ingin pulang” adalah kalimat yang seharusnya diucapkan oleh siapa pun yang hari ini memegang kendali kota. Pulang kepada nilai. Pulang kepada rakyat. Pulang kepada kebijaksanaan.
Karena pada akhirnya, sejarah tidak akan mencatat siapa yang paling lama berkuasa, tetapi siapa yang paling jujur menjaga amanah.
Dan seperti nasihat seorang ibu kepada anaknya untuk menjadi besar tanpa melupakan siapa yang ikut berjuang membesarkannya. (*)
Berita Lainnya
-
Pemkot Metro Buka Spesial Market, Libatkan Komunitas Disabilitas
Minggu, 21 Desember 2025 -
Pelantikan 1.913 PPPK Metro Tunggu Keputusan Walikota
Sabtu, 20 Desember 2025 -
Pemkot Metro Kroscek Harga Sembako Jelang Nataru, Cabai Hingga Bawang Alami Kenaikan
Jumat, 19 Desember 2025 -
Tiga Pemuda Perkosa Bergiliran Remaja Disabilitas di Metro
Jumat, 19 Desember 2025









