• Jumat, 26 Desember 2025

Arus Nataru Padat, Jasa Porter di Bakauheni Justru Kian Terpinggirkan

Jumat, 26 Desember 2025 - 16.56 WIB
39

Seorang Porter di Pelabuhan Bakauheni saat mengangkat barang milik penumpang. Foto: Sandika/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Di tengah hiruk pikuk Pelabuhan Bakauheni, Saherudin tetap setia menjalani rutinitasnya sebagai porter. Pria asal Desa Bunut, Kecamatan Bakauheni ini sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari jasa mengangkut barang penumpang. 

Meski arus penyeberangan Natal dan Tahun Baru (Nataru) terpantau ramai, Saherudin menilai situasinya tak selalu berbanding lurus dengan penghasilan porter.

Saat ini, tercatat ada sekitar 73 porter yang terdaftar dan aktif di Pelabuhan Bakauheni. Namun, Saherudin menyebutkan hanya sekitar 50 orang yang benar-benar aktif setiap harinya.

Mereka bergantian menawarkan jasa, berharap ada penumpang yang membutuhkan bantuan membawa barang menuju kapal atau sebaliknya.

“Kalau untuk kebutuhan sehari-hari, ya cukup-cukup saja,” ujar Saherudin, saat diwawancarai, Jumat (26/12/2025).

Ia mengaku pendapatannya selama momen Nataru hampir sama dengan hari-hari biasa. Padahal, jumlah kendaraan dan penumpang meningkat cukup signifikan dibanding hari normal.

Menurutnya, kondisi tersebut dipengaruhi oleh pola perjalanan penumpang yang kini lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi, bus, maupun travel. Penumpang pejalan kaki yang biasanya menjadi pengguna utama jasa porter justru semakin berkurang. 

“Penumpangnya ramai, tapi yang pakai jasa porter sedikit,” katanya.

Saherudin menilai arus Nataru tahun ini terasa lebih sepi bagi porter dibandingkan tahun sebelumnya. Minimnya penumpang jalan kaki membuat kesempatan mendapatkan order semakin terbatas. 

“Sekarang orang langsung naik mobil. Jalan kaki sudah jarang,” tambahnya.

Terkait tarif jasa porter, Saherudin menjelaskan tidak ada patokan harga resmi. Tarif sepenuhnya berdasarkan kesepakatan dengan penumpang. Kadang barang besar dibayar murah, sementara barang kecil justru dibayar lebih mahal. Kisaran tarif umumnya antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per angkut.

Dalam sehari, pendapatan Saherudin bisa mencapai sekitar Rp100 ribu, tergantung jumlah penumpang yang menggunakan jasanya. 

Meski tidak menentu, ia tetap bersyukur karena pekerjaan ini masih bisa menopang kebutuhan hidup keluarganya.

Berbeda dengan Nataru, Saherudin menyebut momen Lebaran menjadi waktu paling sibuk bagi porter. Selain jumlah penumpang yang membludak, barang bawaan juga biasanya lebih banyak. 

“Kalau Lebaran, penumpangnya banyak dan barangnya juga banyak, jadi porter sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa profesi porter bukanlah pekerjaan musiman. Saherudin bekerja setiap hari, baik saat momen besar maupun hari biasa. Baginya, menjadi porter adalah bentuk pelayanan yang membantu kelancaran arus penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni.

"Ibarat sawah, pelabuhan ini adalah tempat untuk menanam, mencangkul sekaligus memanen," pungkasnya.

Di balik kesibukan ASDP mengatur lalu lintas penumpang dan kendaraan, peran porter seperti Saherudin kerap luput dari perhatian. Padahal, kehadiran mereka menjadi bagian penting dalam memperlancar aktivitas penyeberangan, membantu penumpang agar perjalanan berjalan lebih nyaman dan aman. (*)