Mengenal Lebih Dekat Danlanal Lampung Kolonel Laut (P) Nuryadi (Habis) Kemana Melangkah Selalu Minta Doa Ibu

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Lampung, Kolonel (P) Nuryadi.
Bandar Lampung, Kupastuntas.co - Surga di telapak kaki ibu. Kemana pun melangkah, Nuryadi tidak pernah lupa meminta doa restu dari ibunya. 34 tahun sudah kolonel Laut (P) Nuryadi mengabdi bagi TNI AL dan juga NKRI. Ia meyakini, karena doa ibu lah ia tetap selamat dan kini menjabat sebagai Danlanal Lampung.
Penugasan pertama Nuryadi dengan pangkat Letda adalah bidang Hidrografi dan Oseanografi yang memang menjadi kecabangannya. Pada tahun 1997, ia ditugaskan di Padang Sumatera Utara. Saat itu, ia dan keluarga sudah tinggal di mes TNI AL di Jakarta. Penugasan ini pun membuatnya jauh dari anak dan istri yang ia cintai.
Nuryadi memilih tinggal terpisah ketimbang harus membawa keluarga ikut berpindah-pindah. “Dari awal kita janji pas dilantik memang harus siap ditempatkan dimana saja. Jadi waktu tugas di Padang pulangnya jarang karena pake pesawat, biaya lumayan. Kalau dibawa kemana-mana, kasihan,” kata dia.
Karena penugasan itu jugalah yang membuat Nuryadi tidak pernah berkesempatan mendampingi istri melahirkan. Ia bersama istrinya dikaruniai tiga orang anak, dan tak satupun yang proses lahirnya dihadiri oleh Nuryadi.
“Dulu istri sering ditinggal saat sedang hamil. Saat penugasan istri melahirkan dan tidak sempat nungguin istri. Jadi tiga anak saya lahir tidak ada yang saya lihat satupun,”jelasnya.
Selama 34 tahun berdinas, Nuryadi mendedikasikan hidupnya untuk Satuan TNI AL. Ia tidak banyak keinginan. Mengalir, menikmati dan mensyukuri hidup, tidak ada obsesi ingin menduduki jabatan tertentu.
Jika pensiun dengan pangkat terakhir sebagai Kolonel, Nuryadi mengaku sudah sangat bersyukur. Meskipun banyak temannya satu angkatan yang sudah meraih jenderal, baginya rasa syukurlah yang membawa kebahagiaan abadi dalam hidup.
“Ke depan mau jadi apa saya tidak ada pikiran. Yang jelas hidup ini harus senang dan kita bisa menikmati alam yang indah. Jika kita sudah merasa damai dan senang, berarti disitu Tuhan ada bersama kita,” kata dia.
“Saya sudah punya pangkat yang tidak semua orang bisa dapatkan. Jadi apapun yang dikasih (oleh Tuhan) harus disyukuri. Ada banyak teman leting sudah pangkat bintang satu sampai empat, saya nggak iri. Karena itu kan sudah rezeki masing-masing. Jadi saya tidak ada ambisi untuk duniawi,” ujarnya.
Setelah pensiun, Nuryadi berencana tinggal di Lampung, menjadi seorang petani. “Saya mau menetap di Lampung, di sini banyak lahan kosong, ingin beli tanah dan bertani. Mudah mudahan saya dapat tanah, bisa berkebun dan sisanya pekarangan. Kalau balik ke Jakarta, di sana tanah mahal, kiri kanan juga tembok semua,” kata dia.
Dalam memimpin satuan, nilai-nilai keharmonisan ia ditekankan kepada seluruh anggota. Menurutnya, keharmonisan akan terbangun, baik antara junior, senior, kolega dan keluarga jika kita melakukan penyesuaian.
Berbagai penugasan juga harus dijalankan dengan ikhlas lahir dan batin sehingga mendapatkan hasil yang baik, dan membawa keselamatan.
“Dalam kedinasan kalau ada yang tidak ikhlas dan merasa terpaksa, itu akan membuat penyakit. Jadi harus harmonis antar sesama. Terapkan saling asah asih asuh, saling menghargai dan menghormati,”ujarnya.
Bagi para anggota TNI yang sudah senior, jika ada anggota junior dengan pangkat yang lebih tinggi, juga harus dihormati dan loyal. Jangan membedakan orang hanya karena dia berbeda suku atau agama.
Bagi para pemuda-pemudi yang ingin mendaftar sebagai anggota TNI, Nuryadi berpesan, selain latihan fisik dan mental ada 2 hal utama. Yaitu berbakti kepada orang tua dan menjauhkan sifat-sifat buruk dari dalam diri sendiri.
Menurutnya, doa yang paling manjur adalah dari kedua orang tua. Maka kita sebagai anak harus sujud dan meminta doa orang tua.
“Jadi buat semua anak anak muda, taat kepada orangtua. Karena cita-cita itu bisa tercapai karena restu dari kedua orang tua,”kata dia.
Nuryadi bercerita saat ia akan mendaftar TNI, ia selalu sujud kepada ibunda untuk meminta doa restu. Setelah lulus, ibu tetap menjadi sosok panutan dan pedoman baginya. Untuk berbagai kegiatan apapun, ia tak pernah lupa meminta doa kepada sang ibu.
Berbagai sifat-sifat buruk, seperti iri, dengki, kecewa, sakit hati dan lainnya harus dibuang jauh. Itu membawa pengaruh buruk bagi hidup.
"Sifat sifat itu memang manusiawi. Tidak bisa dihilangkan tapi bisa diminimalkan. Intinya tetap menjalani hidup ini sesuai keyakinan masing masing. Saya seorang muslim maka saya jalankan sesuai dengan ajaran itu," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Perluas Akses Pendidikan Tinggi di Lampung, Universitas Saburai Promosi PMB ke Pemkab Mesuji
Rabu, 14 Mei 2025 -
Tumpahan Solar di Jalan Curam Sukadanaham Sebabkab Enam Pengendara Motor Terjatuh
Rabu, 14 Mei 2025 -
Dinas PU dan Disperkim Bandar Lampung Siap Tinjau Pembangunan Navara City Park Terkait Isu Banjir Sukabumi
Rabu, 14 Mei 2025 -
142.551 Kendaraan Melintas di Jalan Tol Ruas Bakter Selama Libur Waisak
Rabu, 14 Mei 2025